my map

https://www.google.co.id/maps/@-7.5532988,110.7662994,189m/data=!3m1!1e3!4m2!5m1!1b1?hl=id

Thursday, March 27, 2008

My Latest Activity

Selain ngajar, juga ngurusin penyusunan kurikulum baru di FKUMS, buka praktik sore dan pagi, nganter dan menjemput mas Rizqi ke sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta.....
nyempet-nyempetin baca novel ...



Ini novel yang bagus banget deh...
kalo ga percaya coba baca sendiri...
background ceritanya jaman Belanda..Pabrik Gula DE WINST di Colomadu Solo
Novel ini terbaca habis dalam dua hari bahasanya enak.. cerdas kisahnya banyak yang ga terduga.. pokoknya OK banget

Memikirkan masa depan dokter pasca PTT

Dokter-dokter saat ini yang makin lama makin jenuh jumlahnya, harus pintar dalam menciptakan dengan meminjam istilah W. Chan Kim dan Renée Mauborgne [1] “samudera biru” yaitu blue ocean marketing strategy; yaitu lapangan baru yang tenang dan damai, sepi dari persaingan yang keras. Bukan terjebak dalam strategi samudera merah atau red ocean marketing strategy yang penuh persaingan, peperangan, saling menggulingkan dan jauh dari persahabatan. Jadi dengan mengembangkan strategi samudera biru maka bila bertemu dengan sesama teman sejawat maka kita tetap bisa memperlakukannya sebagaimana saudara; sesuatu yang tidak dapat diperoleh dengan menerapkan strategi samudera merah.

Robert T Kiyosaki, membagi bagaimana seseorang memperoleh uang, menjadi empat kuadran[2]. Kuadran satu kiri atas; adalah tempatnya pekerja. Ia memperoleh gaji dalam jumlah tetap dalam kurun waktu tertentu yang umumnya per bulan, walaupun terkadang menerima bonus. Jadi cukup tidak cukup uang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhannya selama satu bulan. Kuadran dua kiri bawah ; adalah tempatnya pekerja lepas, dalam kategori ini adalah dokter-dokter yang sudah mempunyai izin praktik pribadi di rumah atau tempat lain. Pendapatan yang diperoleh bersifat fluktuatif, tergantung seberapa keras ia bekerja. Kalau sebulan banyak liburnya, maka penerimaannya akan jauh berkurang ketimbang ia praktik terus selama satu bulan penuh. Kuadran tiga kanan atas; tempatnya dokter yang mempunyai bisnis atau usaha. Contohnya adalah dokter Gideon dari Jogja yang mempunyai jaringan apotek K-24. [3] Usahanya dapat berjalan tanpa kehadiran langsung dirinya di setiap jaringan apotek. Masing-masing jaringan apotek ada manajernya. Beliau tinggal memantau kinerja masing-masing manajer tersebut dalam rentang waktu berjangka, bisa per minggu, per bulan, per kuartal, per semester bahkan per tahun. Jadi dalam bisnis tidak menuntut kehadiran penuh sang pemilik bisnis. Kuadran empat kanan bawah: adalah investor. Syarat menjadi investor adalah ia harus mempunyai pengalaman bisnis matang dan mempunyai uang yang berlimpah, begitu yang dikatakan Robert Kiyosaki. Mereka yang mampu mengkombinasikan uang pribadi, uang orang lain, tenaga dan pikiran orang lain menjadi suatu usaha yang bekerja untuk mereka (melalui kepemilikan saham yang dimiliki). Contoh dokter yang seperti ini adalah dr Boenjamin Setiawan PhD, pendiri dan pemilik grup Kalbe. Dikatakan grup karena saat ini grup Kalbe membawahi sembilan unit bisnis strategis yaitu Kalbe Farma, Bintang Toejoe, Dankos, Sakafarma, Hexafarma Jaya, Finusol Prima, Sanghiang Perkasa, Woods dan Lab Goupil.[4] Belum dimasukkan disini perusahaan distributor PT. Enseval Putra Megatrading yang juga menjadi satu grup Kalbe. Terakhir perkembangan Kalbe Farma, melakukan merger perusahaan Dankos, Enseval ke dalam Kalbe Farma[5]. Atas dasar inilah membuat Kalbe menjadi perusahaan farmasi terbesar di Indonesia dengan melihat jumlah aset yang dimiliki. Dokter pendiri dan pemilik grup Kalbe ini menurut kuadran Kiyosaki termasuk kuadan tiga dan empat. Karena disamping pemilik bisnis ia juga termasuk investor. Melalui perusahaan induknya Kalbe Group ia melakukan strategi vertikal atau mengakuisisi perusahaan-perusahaan lain untuk menjadi grupnya. Yang berarti melibatkan uang dan tenaga orang lain secara sinergis menghasilkan laba yang sebagian besar menjadi miliknya karena ia pemegang saham mayoritas.

Kesimpulannya : Karier atau masa depan itu luas, tergantung pada kita. Yang berhasil adalah mereka yang selalu bertekun dengan apa yang mereka nikmati, hingga datang pasang keberuntungan, mereka sudah bisa memainkan dengan maksimal sehingga mendatangkan kemanfaatan yang besar.



[1] W. Chan Kim dan Renée Mauborgne, 2005, Blue Ocean Strategy, Harvard Business School Publishing Corporation, Boston; Edisi terjemahan Indonesia, Blue Ocean Strategy (Strategi Samudra Biru), Penerjemah Satrio Wahono, Penerbit PT Serambi Ilmu Semesta, Januari 2006

[2] Robert T. Kiyosaki, Cash Flow Quadrant, 2002, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

[3] SWA 11/XXI/26 Mei – 8 Juni 2005 Tren Analisis & Peristiwa

[4] Majalah SWA-sembada, No. 22/XIX/30 Oktober – 9 November 2003 rubrik SWAPLUS / edisi / 22 / Oktober 2003 hal 04-05

[5] Majalah SWAsembada, No. 26/XXI/19 Desember 2005 – 11 Januari 2006 hal 90 - 96

Thursday, March 13, 2008

Dua tahun sudah kebersamaan kita

Wahai anakku dik Uqi
Dulu engkau seorang.... jabang bayi merah, yang lembut manis dan menenteramkan hati...
demikian juga masih terasa hari ini ...
anakku..




Malam-malam engkau bangunkan kami berdua nak, umi dan abi
engkau meminta.... sesuatu yang harus kami penuhi..
karena..
kami menyayangi engkau...



Kini sudah dua tahun....
kebersamaan kita....
hanya satu harapan Abi dan Umi
Agar engkau tumbuh dan berkembang..
meneruskan cita-cita ...semangat berjuang di jalan Allah
terus berusaha mencari keridhoannya

wahai anakku
tetes air mata ini
jatuh...

takut kalau Abi dan Umi tidak mampu
takut kalau menyia-nyiakan amanah ini

Abi dan Umi selalu berusaha nak..

Jaipur Foot Menawarkan Nilai Kepada Pelanggan


Kisah berikut menunjukkan manfaat yang diperoleh pelanggan jauh lebih besar daripada biaya yang mereka korbankan, termasuk ketika dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Jaipur Foot, sebuah organisasi nirlaba yang berspesialisasi memberikan solusi sistematis penanganan prostesis (kaki palsu) di India.[1]

Sejarah singkat Jaipur Foot

Ram Chandra, seorang seniman pematung terbaik di Jaipur City, mempunyai ketertarikan terhadap banyak penderita yang diamputasi kakinya dan mengalami kesulitan dalam menggunakan kaki palsu yang ada dan tidak terjangkau. Ketika mengamati pasien tersebut, Chandra menemukan ide untuk menciptakan kaki palsu yang lebih dekat mencerminkan kaki alamiah, lebih ringan, dan dirancang untuk kondisi-kondisi lokal. Ia menyampaikan ide-idenya ke para dokter lokal di rumah sakit dan mempelajari anatomi kaki manusia. Berbekal pengetahuannya, Chandra bereksperimen dengan material-material yang secara lokal tersedia, seperti willow, spon, dan aluminium cetak untuk membuat kaki palsu.

Salah satu dari sejumlah kejadian paling menentukan terjadi pada suatu hari ketika Chandra mengalami kempes ban ketika mengendarai sepedanya. Menurut Chandra, ia pergi ke satu kios tambal ban vulkanisir di pinggir jalan. Ketika sepedanya telah diperbaiki, Chandra bergegas menemui para dokter untuk menentukan apakah material karet vulkanisir tersebut dapat digunakan sebagai bahan kaki palsu. Kemudian ia kembali ke kios tambal ban itu didampingi seorang pasien amputasi dan satu cetakan kaki, dan meminta pemilik kios membuat kaki dari karet. Kaki tersebut memiliki mobilitas dan durabilitas yang dicari Chandra, meskipun kaki palsu itu harus menjalani sejumlah perbaikan. Lebih lanjut bekerja sama dengan dr. P.K. Sethi, ahli bedah ortopedi, dr. S.C. Kasliwal dan dr. Mahesh Udawat, Chandra mengembangkan dan memperbaiki rancangan tersebut secara bertahap menciptakan kaki palsu yang sekarang dikenal dengan Jaipur Foot. Untuk memfasilitasi penyebaran kaki palsu itu, para penciptanya memutuskan untuk tidak mematenkan Jaipur Foot.

Proses Penghantaran Nilai yang diterima Pasien Jaipur Foot

Senin

13.00

Pasien naik kereta api dari New Delhi ke Jaipur India. Keluarga pasien tersebut menemaninya dalam perjalanan.

18.00

Keluarga pasien tiba di gerbang depan Society (istilah untuk menyebut pusat organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan-kebutuhan keuangan dan sosial kelas pekerja miskin India) di jantung kota jaipur. Seorang penjaga di gerbang fasilitas berlantai satu itu mengantarkan keluarga pasien memasuki fasilitas.

18.30

Keluarga itu bergabung dengan pasien-pasien lain sekaligus anggota keluarga mereka dalam makan malam bersama yang dipersiapkan karyawan layanan makanan Society.

21.00

Keluarga tersebut tidur di kasur dalam ruang besar di sayap perumahan sederhana fasilitas tersebut.

Selasa

8.00

Keluarga itu berbagi sarapan dengan pasien dan keluarga lain dalam fasilitas society.

8.30

Pasien bergabung dalam antrian di halaman dalam society dan menunggu pendaftaran.

9.00

Seorang dokter memeriksa pasien tersebut dan menjelaskan prostesis yang diperlukan. Pasien itu akan menyimpan kartu tersebut sampai kartu itu diberikan kepada seorang teknisi.

9.10

Pasien dipersiapkan untuk pencetakan.

9.30

Seorang tukang terlatih membungkus cetakan di seputar kaki pasien, membentuknya secara ketat di seputar kaki tersebut, dan melepasnya.

9.45

Pasien itu diantarkan kembali ke halaman dalam tempat ia menunggu. Tukang melakukan pencetakan hingga kering dan memahatnya sesuai dengan spesifikasi kaki pasien di bawah pengawasan seorang teknisi.

10.15

Lembar HDPE umum dipanaskan dalam oven, dikeluarkan, dan dihamparkan di atas cetakan kaki pasien yang tersisa dengan bantuan mesin vakum pembentuk.

11.00

Jaipur Foot yang telah jadi disambungkan dengan prostesis tersebut.

tengah hari

Dokter yang berada di lokasi mengawasi ketika pasien tersebut mencoba prostesis baru itu di halaman. Pasien itu menjelaskan sejumlah ketidaknyamanan kecil ketika ia berjalan di sekitar halaman dalam yang terpisah.

12.15

Penyesuaian-penyesuaian dilakukan terhadap prostesis itu untuk membuatnya lebih nyaman.

12.30

Pasien tersebut dan keluarganya berbagi makan siang di fasilitas itu.

14.00

Keluarga itu naik kereta api untuk kembali ke New Delhi.


Selain fitur-fitur di atas, Society menerapkan prosedur-prosedur sangat sederhana untuk penyambutan, pendaftaran, pengukuran, pembuatan, pemasangan dan pemulangan pasien. Tidak seperti pusat-pusat medis di seluruh dunia, pasien didaftar ketika mereka datang pada jam berapapun dan hari apa pun. Lebih dari itu, pasien diberi fasilitas penginapan di pusat-pusat Society (BMVSS) sampai mereka mendapatkan kaki palsu, kaliper, atau bantuan-bantuan lain. Di sebagian besar pusat ortopedi, pasien harus kembali beberapa kali untuk pemasangan khusus. Proses tersebut dapat memakan waktu beberapa pekan. Sistem semacam itu tidak akan cocok bagi pasien miskin yang sangat kesulitan, baik secara fisik maupun keuangan, untuk kembali kedua kalinya dari jarak yang sangat jauh. Jaipur Foot dipasang khusus pada hari yang sama – sesungguhnya, dalam kurang dari empat jam. Yang paling signifikan, prostesis, ortotik dan bantuan-bantuan lain dari peralatan-peralatan lain disediakan sepenuhnya gratis kepada kaum miskin.

Efisiensi biaya-biaya operasional

Jaipur Foot adalah sebuah organisasi yang membelanjakan hampir 74 % biayanya pada material, buruh, dan layanan yang diperlukan untuk memasang kaki palsu pada pasien amputasi, 14 % sisanya untuk biaya overhead dan administratif (43 % material, tenaga kerja 31 %, pemondokan 12 %, overhead 14 %). Biaya yang banyak mengalir ke material-material yang digunakan dalam kaki tersebut, buruh yang dipekerjakan untuk membuat dan memasang kaki tersebut, dan biaya pengelolaan klinik-klinik yang menjangkau masyarakat miskin di seluruh India dan lebih jauh lagi.

Anjloknya biaya Jaipur Foot untuk fiskal 2002 menegaskan efisiensi biaya tersebut dan memperkuat upaya Society untuk melayani sebanyak mungkin pasien dengan sumber daya finansialnya. Hampir 90 % biaya perusahaan itu dalam tahun fiskal 2002 secara langsung terkait dengan biaya produksi dan pemasangan protesis untuk masyarakat miskin. Sebanyak 7 % lain dari biaya tersebut mengalir ke dalam bentuk-bentuk bantuan amal. Hanya 4 % dari biayanya mengalir ke biaya administratif dan overhead.

Pengembangan Jaipur Foot ke Depan

R&D memfokuskan pada berat kaki 850 gram sebagai kelemahan paling nyata dibanding pesaing. R&D saat ini mengembangkan bahan-bahan plastik berkekuatan tinggi untuk menggantikan aluminium.

Kesepakatan kerja sama dengan ISRO (Indian Space Research Organization) menjadikan Jaipur Foot menerima teknologi polyurethane ISRO. Kolaborasi ini diperkirakan mengurangi biaya manufaktur satu unit Jaipur Foot. Biaya setiap unit kaki akan terpangkas sampai sekitar 40 % menjadi 140 rupee. Unit kaki tersebut juga akan lebih ringan sampai sekitar 60 % menjadi 350 gram. Transfer teknologi akan mengurangi waktu produksi dari tiga jam menjadi sekitar 40 menit. Disamping itu kaki polyurthane berumur lebih panjang.

Hal yang dapat dipelajari

Organisasi yang berorientasi nirlaba, tetapi bekerja secara profesional. Walaupun sebagian besar pelanggannya adalah orang miskin dan gratis, sama sekali tidak mengurangi profesionalitasnya. Bahkan terus-menerus mengembangkan proposisi penawaran yang jauh lebih baik. Mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada, seperti yang menonjol berat kaki palsu yang 850 gram, terlalu berat untuk kaki palsu, terlebih bila dibandingkan dengan pesaing-pesaing dekatnya. Ke depan mereka juga terus menerus mencari jalan peningkatan efisiensi biaya dan menurunkan waktu produksi sehingga pengorbanan yang diberikan pelanggan semakin sedikit, tetapi nilai yang ditawarkan kepadanya semakin meningkat.


[1] disarikan dari C.K. Prahalad, 2004; The Fortune at The Bottom of the Pyramid : Eradicating Poverty through Profits; edisi Indonesia; The Bottom of the Pyramid; Mengentaskan Kemiskinan sekaligus Memperoleh Laba, penerjemah; Ahmad Fauzi, SS, 2004, PT INDEKS Kelompok GRAMEDIA.

Rantai Nilai bagi pasien Obgyn di Rumah Sakit

Seorang pasien wanita dirujuk oleh seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan ke suatu rumah sakit untuk menjalani sectio caesaria cito (operasi persalinan caesar segera). Pasien datang diantar suami dan keluarganya, diantarkan oleh resepsionis menuju ruang gawat darurat, sebelum kemudian dikirim ke ruang persalinan. Dalam ruang persalinan, pasien “diolah” sedemikian rupa oleh bidan dan perawat yang ada agar “siap” dilakukan tindakan sectio caesaria oleh dokter ahli kebidanan dan kandungan yang merujuk tadi. Jarak waktu yang diperlukan dari pasien masuk hingga “siap hidang” di kamar operasi tidak lebih dari satu jam.


Operasi dilakukan dengan anestesi lokal sehingga penderita dapat merasakan suasana operasi yang sedang berlangsung, lima menit setelah pengirisan kulit perut bayi sudah dapat dikeluarkan dan segera menangis, pertanda Apgar score bagus kesehatan bayi baru lahir bagus, prosedur operasi caesar dilakukan sesuai dengan standar. Dua jam setelah operasi ibu dipindahkan ke ruang persalinan. Menariknya suami diberikan kesempatan untuk bisa mengikuti prosedur operasi, mendampingi sang istri ikut merasakan dan sekaligus mengurangi ketegangan dan kecemasan sang istrinya. Pagi harinya ibu baru ini disibin (mandi dengan wash lap) kemudian baru dipindahkan ke kamar. Sementara bayi tinggal di kamar bayi, dirawat oleh dokter anak beserta perawat yang bekerja di dalamnya.

Ibu menjalani perawatan selama lima hari, dan dilatih untuk mobilisasi dari duduk, berdiri, dan berjalan. Hari kedua pasca operasi ibu sudah dapat berjalan sendiri. Selama menjalani perawatan di kamar, ibu disibin setiap hari, dihidangkan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizinya, obat diantarkan sesuai dengan jadwal makan secara tepat dosis dan tepat waktu, serta hari keempat atau kelima luka bekas operasi dimedikasi, bersih tidak ada infeksi. Tempat tidur diganti seprai dan sarung bantal setiap hari, tempat sampah dalam kamar diambil petugas cleaning service sehari dua kali, demikian juga kamar disapu dan dipel sehari dua kali. Setiap hari petugas cleaning service mengganti keset kamar mandi yang terbuat dari handuk bekas yang baru sehingga lantai dekat kamar mandi tidak becek. Keluhan sakit dan demam yang dialami terutama satu-dua hari pasca operasi disampaikan kepada perawat jaga, segera ditanggapi, melapor kepada dokter jaga, diberikan instruksi dan dilaksanakan tindakan terapi. Keluhan teratasi, pasien nyaman kembali dan dapat istirahat dengan tenang dan pulas.


Setiap hari, suami penderita dapat memantau berapa tagihan biaya yang harus dibayar, dengan menelfon bagian billing rumah sakit. Demikian juga pembayaran dapat dicicil perhari. Prosedurnya jelas, bagian billing buka selama 24 jam, setiap saat dapat menanyakan dan membayar, tidak perlu menunggu esok harinya, ataupun menunggu kantor bank yang berada di rumah sakit tersebut buka.

Sementara itu, dari bagian anak yang menangani bayi, keluarga muda ini mendapatkan paket perlengkapan kebersihan bayi lengkap dikemas dalam tas yang berlabelkan identitas rumah sakit. Bayi difoto dengan pakaian yang lucu, hasil foto dibingkai, diberikan nama bayi, nama kedua orang tua, tanggal kelahiran baik masehi, hijriyah, weton jawa dan shio serta bintang bayinya. Yang lebih penting lagi akte kelahiran bayi diurus oleh rumah sakit setelah syarat-syarat administrasi orang tua diserahkan. Sebelum pulang kedua orang tua bayi dilatih pijat bayi, cara memandikan bayi dan panduan untuk menyusui bayi dengan baik dan benar. Harapannya orang tua bayi ini, setelah pulang dari rumah sakit sudah bisa merawat anaknya secara mandiri.



Inilah gambaran rantai nilai penting yang akan dilalui oleh wanita melahirkan dengan sectio cesaria di rumah sakit termasuk juga dengan keluarganya.

Kebersamaan yang Indah Kita

Daisypath Anniversary Years Ticker

hanya bisa mengucapkan...

zwani.com myspace graphic comments