Buku terbaru Pengantar Kajian Ilmu Kedokteran pada Ibadah Sholat
my map
Thursday, August 14, 2008
Minta doanya Umi bisa selesai S2nya
sebenarnya umi dah lama ngerjain thesisnya... tapi yaah ketumbuk sama pekerjaan jadi sering kurang fokus... jadi agak molor.. padahal tinggal ngolahin data..
Ini umi sedang ngasih penyuluhan kesehatan pada ibu-ibu hamil yang dijadikan responden untuk penelitian thesisnya....
total Umi ngumpulin 120 ibu hamil! di tiga kecamatan yang berbeda...
Ibu-ibu hamil tadi tidak hanya dikasih pertanyaan... tapi juga diberikan supplemen gizi
Nih tim assisten yang ngebantuin umi mewancarai ibu-ibu hamil... sedang bagi-bagi suplemen gizi yang mo dibagikan
Lha yang ini armada pengangkut tim pewawancara...
1 unit mobil Avanza
dan 1 unit mobil Terios...
truz habis itu makan-makan...
Minta doanya... agar Umi bisa secepatnya bisa menyelesaikan thesisnya...
amin amin amin yaa robbalalamin
Wednesday, August 13, 2008
Foto-fotoan di bulan Agustus
Dirgahayu Indonesiaku!!!
Mohon maaf ternyata foto selanjutnya ga nyambung... he he he
kembali menyalurkan hasrat narsis..
ada pornografinya...
mas Rizqi yang suka pijat... kayak uminya..
waduh ini dik Uqi..
ga tahu kenapa kok beberapa kali sukanya melorotin baju dan celananya sendiri.. sampe jadi porno... maluu diiikk
kayaknya sedang menikmati perkembangan motorik halus...
cuman sayangnya baru belajar menempatkan secara tepat keahlian barunya itu...
lha yang ini... abinya numpang tampangnya biar keliyatan..
maklum belum ada media yang mau muat.. halllaah
Problem Marketing Dokter
A. Problem etika dokter
Dokter tidak etis mengiklankan dirinya
Seorang dokter, tidak sama dengan aktivis pengobatan alternatif yang dengan mudah mengiklankan kelebihan dirinya, bahkan menjamin kesembuhan bagi pasien. Bahkan iklan rumah sakit pun tidak ada yang memberikan jaminan kesembuhan. Yang dijanjikan adalah sikap profesionalisme, keramahan, dokter dan profesional kesehatan yang ada di dalamnya, kelengkapan fasilitas, keragaman spesialisasi yang ada, sikap care dari seluruh staf rumah sakit, fasilitas parkir yang nyaman dan keunggulan kenyamanan yang ada di rumah sakit tersebut.
Dokter tidak etis, menjadikan profesi dokter sebagai sarana menumpuk kekayaan
Kalau dokter mengiklankan dirinya, diidentikkan dengan sikap matre. Atau lebih sarkastik, menunjukkan motivasi dokter untuk mengeruk kekayaan dari penderitaan pasien.
Karena berbagai dampak tersebut, membuat pemasaran bagi dokter adalah sesuatu yang tabu. Dengan kerendahan hati, dan memang kenyataannya angka kesembuhan, atau efektivitas pengobatan dari hasil penelitian tidak ada jaminan seratus persen kesembuhan. Juga metoda diagnosis pun tidak ada menjamin seratus persen pasti. Karena dokter bekerja dalam kemungkinan berbagaimacam probabilitas, maka dokter tidak dibenarkan memberikan jaminan. Dokter hanya bisa memberikan janji ikhtiar bersama pasien.
B. Dampak dari mengelola nafas finansial
Sebagian besar dokter bukanlah kelompok masyarakat yang secara finansial berlimpah. Memang pendidikan dokter membutuhkan uang yang tidak sedikit, dan tidak semua orang bisa elastis menahan beban keuangan tersebut. Akan tetapi, untuk mengikuti seluruh rangkaian pendidikan dari dokter umum sampai dengan spesialis, sebagian besar harus berhenti beberapa tahun, praktik menjadi dokter umum, menghimpun uang untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu pendidikan spesialisasi. Bagi dokter yang mengkuti jalur ini, secara marketing mempunyai problem tersendiri. Pertama, lulus dokter umum, dia harus membangun merek pribadi sebagai dokter umum yang berhasil untuk mendapatkan bekal finansial untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya. Kedua, problem setelah lulus spesialisasi. Dia harus membangun merek pribadi baru yang berbeda dari sebelumnya menjadi dokter spesialis. Dokter umum dapat dikatakan relatif lebih mudah, karena untuk praktik sebagai dokter umum relatif tidak membutuhkan sarana dan prasarana yang lebih canggih dan complicated seperti yang dibutuhkan oleh dokter spesialis. Karena itu aktivitas pemasaran dokter spesialis, tidak saja merebut perhatian pelanggan masyarakat umum, tetapi juga merebut perhatian rumah-rumah sakit yang menyediakan fasilitas canggih dan complicated tersebut.
Masalah marketing dokter umum dan setelah lulus spesialis
Bagi dokter umum maupun dokter spesialis yang baru lulus secara umum, masalah yang sama bagi keduanya adalah menentukan siapa konstituen mereka. Menentukan konstituen, atau orang marketing biasa menyebut sebagai segmen pasar. Konstiuen ini bisa masyarakat urban, masyarakat rural, masyarakat sub urban. Atau bisa juga ditambahkan konstituen ini pada jenis kasusnya, fokus pada kasus emergency, fokus pada kasus rawat jalan, fokus pada penyediaan penunjang diagnostik yang lengkap, atau fokus pada penyediaan fasilitas layanan yang canggih dan complicated. Atau bisa juga dengan melihat cakupan geografis. Memfokuskan pada konstituen, jenis kasus, atau variasi jenis layanan, tentu perlu treatment yang berbeda satu sama lain. Treatment disini dimaksudkan bahwa layanan kesehatan yang disajikan harus mencitrakan konstituen yang dituju, fokus layanan yang diunggulkan, jenis kasus yang dikehendaki menjadi fokus layanan. Membidik masyarakat rural, dokter berpakaian rapi, ruang rapi, bersih, tidak menonjolkan unsur-unsur kemewahan dan tarif yang sesuai dengan daya jangkau masyarakat rural yang relatif rendah. Membidik menjadi pusat layanan yang mempunyai penunjang diagnostik lengkap, disamping menyediakan layanan penunjang diagnostik, juga harus mencitrakan dirinya sebagai fasilitas yang canggih, desain bangunan, seragam karyawan dan sistem administrasi yang juga mencitrakan kesan kecanggihan dan profesionalitas.
Transisi setelah lulus spesialis
Praktik dokter umum sukses, dalam arti mempunyai kunjungan pasien yang banyak, tidak serta-merta setelah lulus pendidikan spesialisasi akan juga mengikuti sebagaimana saat menjadi dokter umum. Lulus dokter spesialis secara marketing merupakan masalah tersendiri. Segmen pelanggan yang dibidik sama sekali baru, berbeda dengan segmen pelanggan ketika menjadi dokter umum. Benar-benar wajah baru, usaha pencitraan baru, membangun kredibilitas baru sebagai dokter spesialis. Sementara kredibilitas yang telah dibangun selama menjadi dokter umum sedikit memberikan kontribusi. Karena konstituen calon konsumennya juga benar-benar berbeda.
C. Problem dalam Mengelola ekspektasi pelanggan
Inilah yang paling sulit dikelola. Karena kita tidak tahu apa yang ada dalam benak seseorang, kecuali orang itu sendiri yang mengetahuinya. Yang bisa diamati adalah apa yang terlihat dari pola perilaku yang ada. Seorang sejawat dokter jaga di luar Jawa, bercerita, kalau dia memeriksa pasien yang dirujuk membawa ambulance, membiasakan diri memeriksa pasien di ambulance. Mengapa selalu memeriksa di ambulance? Karena dari riwayat yang sejawatnya sebelum dia berada di sana, bila pasien meninggal di unit gawat darurat tempat dia bekerja, sontak membuat keluarga pasien marah sampai mengamuk, bahkan sampai mengancam pakai golok. Melihat pengalaman seperti itu, dia berprinsip lebih baik meninggal di ambulance selama perjalanan menuju rumah sakit rujukan, ketimbang menghadapi keluarga pasien berang yang membuat heboh rumah sakit tempat dia bekerja, karena keluarga pasien mengejar-ngejar dokter dan perawat yang telah dianggap menjadi sebab kematian pasien.
Tuesday, August 12, 2008
Wisata Kuliner Baru Langen Bogan
Kalo ingin ngerti tipe-tipe makanan yang ada di Solo datang aja di Gladak
depan parkiran PGS (Pusat Grosir Solo) dan Beteng Trade Square (BTS) sepanjang jalan
dari monumen Slamet Riyadi sebelah barat sampai trafic light sebelah timur yang ke kanan adalah jalan menuju RSI Kustati dan jalan menuju Wonogiri...
komplit ada di sana
lha yang ini tempat parkirnya.... hampir setiap malam kayak begini
kalo malam minggu jauh lebih heboh... ramenya
Lha yang ini umi dan mas Rizqi...
Ini salah satu sudut jalan... yang dipakai untuk tempat makan dan lesehan
ini sudut yang lainnya....
kalo datang ke Solo mampir ke sini...
Siang hari belanja di PGS, BTS dan pasar Klewer
Lha kalo malam hari... jadi lahan wisata kuliner...
Heboh pokoknya
Dasar-dasar Komunikasi
- Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa dengan efek apa.
- Komunikasi merupakan rangkaian proses pengalihan infromasi dari satu orang kepada orang lain dengan maksud tertentu
- Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan tanda-tanda (alamiah atau universal) berupa simbol-simbol (berdasarkan perjanjian manusia) verbal atau non verbal yang disadari atau tidak disadari yang bertujuan untuk memengaruhi sikap orang lain
- Komunikasi merupakan proses pengalihan suatu maksud dari satu sumber kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas, rangkaian atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut.
- Komunikasi adalah segala aktivitas interaksi manusia yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah fakta
- Komunikasi merupakan interaksi antarpribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata), verbal dan non-verbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung / tatap muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual)
- Komunikasi adalah interaksi atau transaksi antara dua orang
- Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami
- Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan baik secara lisan maupun tertulis dengan kata-kata, atau yang disampaikan dengan bahasa tubuh , gaya maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu di sekeliling kita sehingga sebuah pesan menjadi lebih kaya
- Komunikasi adalah (1) pernyataan diri yang efektif; (2) pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi; (3) pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metoda lain; (4) pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain; (5) pertukaran makna antarpribadi dengan sistem simbol; dan (6) proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu
Dari berbagai definisi diatas, komunikasi sebagai suatu aktivitas manusia selalu melibatkan :
- Sumber komunikasi
- Pesan komunikasi yang berbentuk verbal dan nonverbal
- Media atau saluran sebagai sarana – wadah à tempat pesan atau rangkaian pesan dialihkan
- Cara, alat, atau metoda untuk memindahkan pesan
- Penerima atau sasaran yang menerima komunikasi
- Tujuan dan maksud komunikasi
- Rangkaian kegiatan antara sumber atau pengirim dengan sasaran atau penerima
- Situasi komunikasi
- Proses komunikasi, yakni proses satu arah, inter-aksi, dan proses trans-aksi
- Pemberian makna bersama atas pesan dari sumber dan penerima yang terlibat dalam komunikasi
- Pembagian pengalaman atas pesan yang dipertukarkan dari sumber dan penerima yang terlibat dalam komunikasi
Unsur-unsur komunikasi
- Pengirim (sender) atau sumber (resource) – adalah individu, kelompok atau organisasi berperan untuk mengalihkan (transferring) pesan, biasa disebut komunikator
- Encoding – pengalihan gagasan ke dalam pesan
- Pesan (message) – gagasan yang dinyatakan oleh pengirim kepada orang lain. Pesan ada dua macam, pesan verbal dan pesan non verbal. Pesan verbal, semua jenis komunikasi lisan yang menggunakan satu kata atau lebih. Pesan non verbal, meliputi seluruh aspek nonverbal dalam perilaku kita: ekspresi wajah, sikap tubuh, nada suara, gerakan tangan, cara berpakaian, dan sebagainya. Singkat kata, pesan nonverbal itu adalah pesan-pesan yang meliputi semua pesan yang disampaikan tanpa kata-kata atau selain dari kata-kata yang kita gunakan.
- Saluran (media) – media dari komunikasi, merupakan tempat di mana sumber menyalurkan pesan kepada penerima, misalnya melalui percakapan, SMS, tulisan
- Decoding – adalah pengalihan pesan ke dalam gagasan
- Penerima (reciever) – individu atau kelompok yang menerima pesan, biasa disebut dengan komunikan
- Umpan balik (feed back) – reaksi terhadap pesan
- Gangguan (noise) – segala sesuatu yang mengubah informasi yang disampaikan kepada penerima atau mengalihkannya dari penerimaan tersebut. Ada dua macam gangguan; gangguan teknis dan gangguan semantik. Gangguan teknis misalnya orang yang mengalami kesulitan bicara atau bicaranya hanya komat-kamit. Gangguan semantik, bila penerima memberi arti yang berlainan atas sinyal yang disampaikan oleh pengirim.
- Bidang pengalaman (field of experience) – bidang atau ruang yang menjadi latar belakang informasi dari pengirim maupun penerima
- Pertukaran makna (shared meaning) – bidang atau ruang pertemuan (irisan) yang tercipta karena kebersamaan
- Konteks (context) – situasi, suasana atau lingkungan fisik, non fisik (sosiologis – antropologis, politik, ekonomi dan lain-lain).
Fungsi Komunikasi
1. Informasi
Fungsi komunikasi menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain. Harapannya penerima informasi mengetahui sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi pesan
2. Pendidikan
Fungsi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi yang mendidik kepada orang lain. Artinya dari penyebarluasan informasi itu diharapkan penerima informasi secara sadar mengalami perubahan dari aspek kognitif (pengetahuannya), afektif (sikap dan suasana batinnya) dan psikomotornya (perilaku yang tampak) sesuai yang diinginkan oleh pemberi pesan
3. Instruksi
Fungsi komunikasi untuk memberikan instruksi (mewajibkan atau melarang) penerima melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan
4. Persuasi
Fungsi komunikasi untuk memengaruhi (mengubah) sikap penerima agar dia menentukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan kehendak pengirim
5. Menghibur
Fungsi komunikasi bagi pengirim dalam menyampaikan informasi yang mengandung hiburan agar penerima menikmati apa yang diinformasikan.
Karakteristik Komunikasi
1. Komunikasi merupakan proses simbolis
Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu yang lainnya. Kata adalah simbol, karena ia mewakili sebuah benda atau sebuah pengertian. Kata bisa merujuk pada benda yang wujud, seperti matahari, bulan, lingkaran. Atau merujuk pada sifat, seperti pendiam, pembohong dan sebagainya. Tetapi seringkali pula, kata juga berarti dua. Pertama sesuai makna harfiahnya, tetapi juga berarti sebagai istilah serangkaian peristiwa, sifat sesuatu, tindakan, hubungan, konsep dan lain-lain. Seperti kata “joy stick”, secara harfiah berarti tongkat kesenangan, tetapi kata tersebut merujuk pada perkembangan terakhir untuk sebuah benda dalam alat play station atau handphone yang berfungsi sebagai tombol yang bisa diputar 360o dan ditekan ke bawah.
2. Komunikasi merupakan proses sosial
Komunikasi juga berfungsi untuk menjelaskan dan mewariskan nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Kesopanan, gaya hidup sehat, dan kemandirian, merupakan sekian dari nilai sosial yang dikomunikasikan
3. Komunikasi merupakan proses satu arah atau dua arah
Bersifat satu arah, manakala, komunikator tidak memberikan kesempatan kepada komunikannya untuk memberikan umpan balik dalam bentuk pertanyaan. Sebaliknya bila komunikator memberikan umpan balik dalam bentuk pertanyaan adalah bentuk komunikasi dua arah.
4. Komunikasi bersifat koorientasi
Komunikasi bersifat koorientasi, karena dua belah pihak atau lebih, terlibat dalam komunikasi yang mempunyai tujuan yang sama
5. Komunikasi bersifat purposif dan persuasif
Komunikasi bersifat purposif karena komunikasi merupakan aktivitas pertukaran pesan-pesan dengan tujuan yang sudah ditentukan. Bersifat persuasif karena komunikasi bertujuan untuk mempengaruhi perubahan-perubahan sikap.
6. Komunikasi mendorong interpretasi individu
Dalam komunikasi, pengirim pesan maupun penerima pesan harus menginterpretasikan pesan sesuai dengan maksud pengirim
7. Komunikasi merupakan aktivitas pertukaran makna
Komunikasi yang berlangsung antarmanusia tidak dapat dipahami hanya melalui kata-kata yang diucapkan atau yang ditulis. Komunikasi hanya dapat dipahami jika pesan-pesan komunikasi dipahami dalam dua makna, yaitu makna denotatif (arti kata berdasarkan kamus) dan makna konotatif (arti kata bedasarkan konteks tertentu) dari situasi yang berbeda di balik kata-kata itu.
8. Komunikasi terjadi dalam konteks
Komunikasi dilakukan oleh manusia selalu dalam berada dalam sebuah ruang dan waktu, atau disesuaikan dengan konteks ruang dan waktu. Konteks yang dimaksud berupa :
a. Lingkungan fisik, misalnya di klinik praktik pribadi, Puskesmas, di tepi jalan raya, di masjid dan lain-lain
b. Antar budaya manakala komunikasi itu melibatkan komunikator dan komunikan yang berbeda latar belakang kebudayaannya
c. Psikologis, artinya komunikasi itu memperhatikan beragam faktor psikologis seperti persepsi, sikap, motivasi, kebutuhan, keinginan dari pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi
d. Personal, artinya aktivitas komunikasi memperhitungkan situasi hubungan antarpribadi (interaksi sosial, relasi sosial, atau transaksi sosial)
e. Kelompok, artinya aktivitas komunikasi turut memperhatikan sifat dan karakteristik kelompok, jumlah anggota dalam kelompok, daya tarik kelompok, dinamika kelompok, dan lain-lain
f. Organisasi, artinya aktivitas komunikasi turut memperhatikan tujuan organisasi, karakteristik atau sifat organisasi, jumlah orang dalam organisasi, daya tarik organisasi, dinamika organisasi, dan lain-lain
g. Massa, artinya aktivitas komunikasi turut memperhatikan sifat-sifat massa, atau kategori massa yang dapat dirinci dalam ciri-ciri kategori seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, tempat tinggal, gaya hidup dan lain-lain
Mari kita simak ungkapan Aristoteles berikut :
Marah itu mudah, siapa pun bisa marah. Tetapi marah dengan cara yang tepat, waktu yang tepat, dosis yang tepat, pada tempat yang tepat, dalam suasana yang tepat dan pada orang yang tepat bukanlah perkara yang mudah.
Dengan menggunakan unsur-unsur komunikasi di atas
Maka marah adalah pesan yang tersampaikan oleh komunikator, berasal dari gagasan ketidak senangan terhadap komunikannya. Gagasan yang ingin disampaikan adalah ketidak sukaan atas perilaku tertentu, tetapi ketika muncul dalam pesan yang sampai kepada komunikan seringkali adalah serangan pribadi, bukan kritikan pada perilaku yang tidak disukai. Akibatnya adalah kontraproduktif. Demikian juga, ketika seandainya kritikannya sudah fokus pada perilaku bukan serangan pribadi, komunikan juga seringkali mempersepsi (proses decoding; pengubahan pesan menjadi gagasan menurut komunikan) adalah sebagai serangan pribadi. Akibatnya juga kontraproduktif. Maka memilih cara yang tepat, waktu yang tepat, dosis yang tepat, pada tempat yang tepat, dalam suasana yang tepat pada orang yang tepat, adalah sarana untuk memahami latar belakang komunikan, dan komunikator sendiri, juga usaha dalam memahami unsur-unsur pengganggu yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi mengenai pesan yang disampaikan.
Tugas
Ingin Sendiri
Adi, seorang mahasiswa fakultas kedokteran semester satu. Ia tinggal di kos bersama dengan mahasiswa-mahasiswa dari fakultas lain selain fakultas kedokteran. Sudah menjadi karakternya yang ramah dan hangat dalam bergaul, membuat teman-teman satu kosnya nyaman untuk berkunjung di dalam kamarnya. Hampir setiap hari dapat dikatakan kamarnya tidak pernah sepi dari kunjungan teman-teman satu kos. Kebiasaan berkunjung ke kamar kosnya menjadi rutinintas baru bagi penghuni lama dan baru di kos tersebut. Kamar Adi berubah menjadi tempat nongkrong untuk sosialisasi anak kos, dan seringkali berakhir menjelang waktu istirahat malam.
Hingga suatu ketika, Adi merasa belum siap sama sekali untuk menghadapi ujian yang sangat menentukan. Yang menjadi masalah adalah, ternyata kebiasaan menjadikan kamar Adi sebagai tempat berkumpul tidak dapat dihentikan. Adi tidak bisa berkata tidak, ketika teman-teman satu kosnya masuk untuk melakukan kebiasaan nongkrong.
“Adi, kamu ga usah serius begitu dong, santai saja kayak kita” kata Herman
“Iya Adi, kamu kan pintar, belajar sambil lalu saja, aku yakin kamu pasti bisa” imbuh Joko
“Aku besok ujian, nih, belum siap” kata Adi dengan suara serak, dalam posisi duduk serius di meja belajarnya.
Sebenarnya Adi mau mengatakan ‘aku ingin sendiri di kamar ini, tanpa diganggu oleh kalian’ tapi kata-kata itu tidak sampai keluar dari mulut Adi. Meskipun demikian, ketidaknyamanan Adi muncul juga dalam bahasa tubuhnya, mimik muka serius, mata menyipitkan pandangan ke buku yang ia baca, sementara ia mulai mengindahkan suara-suara temannya yang mulai gaduh. Bahasa tubuh lain yang muncul adalah Adi beberapa kali berpindah-pindah posisinya dari duduk, kemudian, mencoba berbaring, menerobos tubuh-tubuh temannya yang duduk di tepian tempat tidurnya, kemudian duduk lagi di depan meja belajarnya.
Ternyata bahasa tubuh Adi, hingga sekian jauh waktu berjalan, tidak ditanggapi oleh teman-temanya. Malah mereka semakin asyik ngobrolnya.
“Aku ingin sendiri!” kata Adi dalam hati berkali-kali. Ia merasa tersiksa karena tidak dapat mengomunikasikan apa yang menjadi keinginannya kepada teman-temannya dengan efektif.
Pertanyaan
1. Dengan menggunakan 11 unsur komunikasi, sebutkan kesebelas unsur itu dalam kasus di atas.
2. Buatlah kemungkinan penyebab yang membuat terjadinya masalah komunikasi pada kasus Adi
3. Menurut Anda, bagaimana solusi yang tepat dalam masalah komunikasi yang dialami Adi dengan mempertimbangkan tetap terjaganya hubungan baik antara Adi dan teman-teman satu kosnya.
Daftar Rujukan
1. Alo Lilieri, Dasar-dasar komunikasi kesehatan, Penerbit Pustaka Pelajar Yogyakarta, Januari 2007
2. Samsuridjal Djauzi dan Supartondo, Komunikasi dan Empati dalam Hubungan Dokter – Pasien, Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2004
3. Stewart L Tubbs, Sylvia Moss, Human Communication; Prinsip-prinsip Dasar, Penerbit PT Remadja Rosdakarya, Bandung, cetakan ketiga 2001