my map

https://www.google.co.id/maps/@-7.5532988,110.7662994,189m/data=!3m1!1e3!4m2!5m1!1b1?hl=id

Monday, January 12, 2009

Pelangi dan Hujan di Sore Itu


Serasa menghayati jadi Andrea Hirata, merasakan hujan di sore nan rintik-rintik…sedangkan langit di batas ufuk sana relatif cerah, tidak begitu banyak gumpalan awan di sana-sini. Dan di sore itu tidak seperti di hari-hari sebelumnya, langit di ujung lapangan pandang timur mengambil peran sebagai layar alam yang luar biasa. Serasa dipertontonkan sebuah pemandangan yang begitu menakjubkan dan begitu hidup. Bayangan warna-warni menghiasi langit yang demikian cerah di sore itu. Hati ini berkata, janganlah berganti, tetaplah seperti ini seperti syair sahabat kecil ipang sedang melantunkan suaranya yang demikian syahdu nan merdu.

Pelangi kalau kita tahu, dari pengetahuan yang diajarkan kepada kita karena butiran-butiran air yang melayang di langit sedang memainkan perannya sebagai lensa yang berbentuk prisma, mengurai warna tunggal cahaya matahari sore nan putih menjadi unsur-unsur warna yang demikian indah.

Saya yakin kita semua punya kenangan yang indah dengan Pelangi dan Hujan rintik di sore hari. Seperti merindukan pulang ke rumah setelah sekian lama kita pergi meninggalkannya. Melihat pelangi dan hujan rintik di sore hari mengingatkan pada saat-saat indah masa kecil yang tidak pernah bisa kembali dan tak akan pernah tergantikan….. hiks hiks….

Novel Amatir dan Perdana

………….

Itulah Iqbal adikku yang fight spiritnya luar biasa, paska bangkrut dan berakibat dijualnya rumah satu-satunya bapak ibu, tetap tinggi semangat survivalnya. Demikian juga bapak ibu yang lapang sekali pemaafnya, dan budhe yang sangat melindungi kehormatan keluarga, mengatakan rumah di Nganjuk dikontrakkan. Kalau melihat itu aku jadi bersemangat sekali, hidup itu terasa berwarna-warni. Penuh dinamika dan penuh dengan kegairahan…………

Kisah ini terinspirasi dari autobiografi saya dan keluarga. Bapak dan ibu saya adalah sosok yang luar biasa. Bermimpi menjadikan putra-putrinya dokter dan sarjana. Walaupun itu sangat tidak masuk akal dalam hitungan manusia. Tetapi mereka mempunyai tekad. Mempunyai keyakinan. Walaupun biaya untuk mengikuti pendidikan dokter sangat menguras keuangan.

Bapak dan ibu saya memang benar sampai menjual rumah satu-satunya yang ditempati. Dua kali. Satu untuk membayar uang gedung di FK swasta. Yang kedua, memang seperti kasusnya Iqbal, mencoba usaha mandiri, tetapi salah perhitungan. Bahkan hingga tulisan ini dibuat bapak ibu masih kontrak rumah. Saat ini bapak menderita stroke tahun keempat dan ibu menderita kencing manis sudah lebih dari dua puluh tahun.

Kami sekeluarga saat ini berusaha untuk membelikan tanah dan membangun rumah untuk bapak dan ibu, termasuk pula “Iqbal” yang setiap hari merawat bapak dan ibu di Kediri.

Teruslah bermimpi. Kuatkan tekat. Gapai impian itu sekuat yang kita mampu mencapainya.


Seperti pengumuman yang ada di samping, kalo ada blogger atau pembaca yang berminat dengan kisah yang menjadi novel amatir dan perdana dengan judul “Assalamu’alaikum matahariku” dapat memesan lewat e-mail saya yusuf_pluss@yahoo.com

Kebersamaan yang Indah Kita

Daisypath Anniversary Years Ticker

hanya bisa mengucapkan...

zwani.com myspace graphic comments