my map

https://www.google.co.id/maps/@-7.5532988,110.7662994,189m/data=!3m1!1e3!4m2!5m1!1b1?hl=id

Friday, March 23, 2007

Dokter bergelar MM [Makelar Mobil]

Saya pernah menjalani tugas dinas sebagai dokter PTT di sebuah Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Bagi saya, suasana yang menyenangkan adalah ketika ada tugas dinas ke DKK [Dinas Kesehatan Kabupaten]. Kenapa suasana yang menyenangkan? Karena di situ, saya bisa bertemu dengan banyak orang di luar Puskesmas.

Berbagi pengalaman dalam memberikan pelayanan ketika di Puskesmasnya masing-masing. Kadang-kadang dapat kenalan baru, entah itu dokter PTT baru, dokter gigi PTT baru atau bidan PTT baru. Juga tidak ketinggalan teman-teman sejawat mana yang masa tugas PTT-nya berakhir.

Memang kata teman-teman, ada tiga fase yang dilalui oleh dokter atau bidan PTT [Pegawai Tiga Tahun; kepanjangan pelesetan, yang sebenarnya Pegawai Tidak Tetap; karena sesuai kenyataan, masa kontraknya tiga tahun]. Tiga fase tersebut adalah: tahun pertama masa orientasi, tahun kedua merasa “in dan tahun ketiga masa memikirkan nasib.

Jadi tugas dinas ke DKK memang membuat wawasan jadi luas, mengurangi kejenuhan dari rutinitas sehari-hari memeriksa pasien di Poliklinik, yang tidak ada henti-hentinya. Selalu saja ada orang sakit. Tugas dinas ke DKK benar-benar memperluas wawasan. Jadi tidak semata-mata ada tugas baru yang harus dikerjakan. Selalu ada ilmu baru, yang kebanyakan di luar dari apa yang diperoleh semasa saya waktu kuliah. Ini baru ilmu yang formal.

Tetapi banyak juga ilmu informal yang berseliweran dalam forum itu. Mulai dari kebiasaan senior korek-korek lubang telinga dengan kunci, kebiasaan dokter-dokter tertentu yang suka ngupil [mengeluarkan upil dari lubang hidung dengan jari telunjuk; karena itulah gorila berlubang hidung besar karena jari-jarinya juga besar] hingga isu-isu hangat seperti sinyal-sinyal selingkuh, sinyal-sinyal pisah ranjang, sinyal-sinyal perubahan penampilan seperti tambah “kempling”, tambah langsing, dan tambah putih. Atau penampilan baru lain seperti rambut di”ribonding”, dan bila ditanya “di-ribonding ya?” jawabnya “ndak koq cuman pakek sampo” ato yang heboh PASIEN DISUNTIK MALAH LARI...

Pokoknya persis sama seperti acara cek dan ricek, acara kabar-kabari dan semacamnya.

Dari infotaintment yang ada, saya tergelitik dengan cerita seorang teman yang menyebut seorang dokter yang lumayan senior :

Pencerita : “itu lho dr bla-bla-bla MM kemarin dia itu………dst”

Penanya : “sebentar-sebentar, Em Em, Magister Manajemen?! Kuliahnya dimana? Kapan kuliah? Kapan lulusnya? Terus beliau ambil konsentrasi apa? Pemasaran? Manajemen Strategi? Atau? ”

Pencerita : “ha.. ha.. ha..”

Penanya : “saya serius nich!! Kenapa sih koq diketawain?”

Pencerita : “kamu tahu nggak, Em Em itu = Makelar Mobil”

Penanya : “Ooo…Baddala…!?”

Kesimpulan : Dokter adalah profesinya; sambilannya adalah MM [makelar mobil] dan hasil terakhir lebih dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang lebih besar seperti renovasi rumah, membeli “mobil baru” lagi sekalian barang dagangan.

Pelajaran yang bisa diambil : Kalau menjumpai dokter dalam waktu yang relatif singkat mudah berganti-ganti mobil berarti ???…… dapat anda simpulkan sendiri

Saya tidak berani menyimpulkan

Komentar

Profesi ganda asal seseorang bisa menempatkan pada tempat yang tepat, tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika melayani pasien, tiba-tiba teman “seprofesi MM” nongol masuk ruang periksa,

dengan suara keras berkata : “He..!! Blablabla..maksud kamu gimana sih? Seminggu lalu kau bilang mesin OK, semua OK, barusan aku kena damprat si Ujang yang barusan beli, katanya mobilnya ngadat!!!”

“Sialan lu!” umpat si dokter pada teman “seprofesi MM”-nya

“Kau tak lihat, aku sedang apa sekarang!” bentak si dokter lagi

Tak kalah sengit, teman “MM” itu membalas

“Itu urusanmu, aku datang kemari minta ganti rugi!”

………………

dan seterusnya

Padahal pada saat yang sama pasien berada diantara mereka. Pada saat yang sama pasien dalam kondisi yang payah dan harus segera mendapatkan obat yang diminum untuk mengurangi rasa sakitnya.

Saran : berhati-hati dan bisa mendisiplinkan teman “seprofesi MM” agar mempunyai kebiasaan untuk bisa menahan keinginannya dan mendukung penampilan prima kinerja profesinya yang lain sebagai dokter.

Boleh ndak Sih dokter nyambi MM?

12 comments:

Anonymous said...

Gak papa kali, asal ngga saling ganggu aja. Maksudnya, profesi dokter ngga menghalangi jadi MM gitu heheheh...

Dan kalo mau damprat-dampratan, mbok ya jangan di depan hidung pasien lah. Di belakangnya aja biar pasiennya gak malu :p

Kalau dokter ganti-ganti mobil? Kali aja punya bengkel. Trus berangkat praktek ke tempat A sambil test drive mobil 1 yang diperbaiki. Mobil OK, nanti waktu berangkat praktek ke tempat B ganti mobil 2. Hehe...

NiLA Obsidian said...

side job toh? sah sah aja doongggg....
gini hari ga ada side jobbbb?????
*halah*.....mate deh ne'
inget2 hari tua dong....

asal jgn ganggu profesionalitas main job nya kale...

Anonymous said...

la ya malah sipp...

makin dipercaya makin laku mobilnya...hehehe

Anisa said...

Ya ndak ada salahnya to dokter nyambi jadi makelar mobil, yang penting kan usaha yang dijalankan Halal.Aman to.
Kalu Pak Dokter Yusuf sendiri nyambi apaan, selain praktek ?

Nieke,, said...

ohh, ga pa pa doc.

tapi kalo' pasien langganannya mau jadi partner bisa dapet diskon yaa.. hehehe xP

Nieke,, said...
This comment has been removed by the author.
Anonymous said...

Kayaknya boleh-boleh aja ya...karena di tempat saya juga ada dokter yang juga:

MPH=makelar perumahan
MBA=makelar dan broker batu bara
MPd=makelar pa lagi dia ya...

he...he...

iway disini said...

boleh pak dokter, boleh kok jadi MM, kan Phd (pria haus dana) :D

Yusuf Alam Romadhon said...

Buat Lita
Makasih tas komennya.. masalahnya pas damprat2an dan kadang teman seprofesi MM datang keluar masuk tempat praktik.. tidak tahu sopan santun.. ide yang bagus ya tes drive..
Buat Nila
harus ada side job... coz makin tua umur kita... makin menurun kemampuan profesional kita... tapi jangan ninggalin bomb ya mbak
saya pengen side jobnya kayak mbak Nila punya house productions...
Buat mas Triadi
harusnya makin sip... tapi saya side jobnya ga MM lho mas..dan ga warung kopi... dijamin kita tidak saingan mas..
buat Anisa
kalo saya nyambi jadi penulis aja mbak... doain novel yang sedang tak tulis cepat kelarnya... habis itu berburu nyari penerbit.. dan siap-siap aja untuk ditolak.. tapi tetap optimis
buat Nieke
ya promosinya seperti itu ya kalee..
buat kang dokter mashuri
MT = makelar tanah
buat iway
wah bisa kulakan singkatan baru nih

Admin said...

nyambil MM...boleh boleh saja pak dokter asalkan ada rule nya, misalnya kamar praktek hanya boleh untuk masalah praktek dan bisnis MM tidak boleh masuk kamar praktek...jadi tenang kan... ga perlu cemas ada yang tiba-tiba masuk minta ganti rugi he he he...:)

Anisah Nur said...

dulu, teman2 di public health biasa dipanggil dr gadungan, hehehe..soalnya bkn dr klinis, jadi udah pada agak2 lupa nanganin pasien. pernah suatu ketika teman saya -dr yg konsentrasi ke public health jg- didatengin tetanggnya, karena sakit minta diperiksa. sama teman saya langsung dibawa ke rumahsakit.intinya, dia cuma jadi tukang ambulan, hehehe...

Yusuf Alam Romadhon said...

Buat may Alter
boleh ya nyambi MM, MT.... makasih tlah ngasih komen..
buat Hasina..
makasih atas cerita dan komennya...

Kebersamaan yang Indah Kita

Daisypath Anniversary Years Ticker

hanya bisa mengucapkan...

zwani.com myspace graphic comments