my map

https://www.google.co.id/maps/@-7.5532988,110.7662994,189m/data=!3m1!1e3!4m2!5m1!1b1?hl=id

Friday, February 29, 2008

Komunikasi Efektif

Prinsip komunikasi adalah terciptanya pengertian yang sama antara yang menyampaikan pesan dan yang menerima pesan

Sebagai dokter instruksi kepada pasien harus jelas, jumlah bahkan hingga detilnya



Harus dalam posisi sejajar atau biasa dikenal dengan Win vs Win bukan Win vs Lose




dan pesan yang disampaikan jangan berlebihan, membuat si penerima pesan jadi bingung mencernanya

Wednesday, February 27, 2008

Ruang kosong tak terisi

Menyusuri jalan itu membuatmu tidak dapat menyadari mengapa hal itu terjadi padamu. Dari kota engkau berjalan terus ke selatan menuruni dan menaiki bukit. Kota itu memang di gunung. Airnya dingin, udaranya dingin menyejukkan, hiruk pikuk orang lalu lalang. Semuanya mengingatkanmu pada seseorang yang pernah mengisi suatu ruang di hatimu. Seseorang yang telah hadir dalam perjalanan kisah hidupmu. Kisah hidupmu yang tidak pernah engkau mengerti mengapa itu harus terjadi padamu.


Wajahnya, kecantikannya, rambutnya yang panjang mengombak, aroma tubuhnya, perasaanmu yang terguncang tak menentu, saat kalian sedang naik bis berdua, berjalan berdua di sepanjang jalan yang engkau coba cari tetapi tidak ketemu. Masih ingat seolah-olah engkau menghirup harum melon yang keluar dari wangi hand body yang ia kenakan, saat engkau bersamanya. Semua tergambar jelas ketika engkau menyusuri jalan itu. Rasa berbunga-bunga, mengingatkanmu pada saat-saat pertama berjumpa dengannya. Saat-saat engkau memasuki dunia yang penuh dengan masalah, yaitu jatuh cinta. Tidak ada tempat dimana pun tanpa teringat akan keindahan tentang dirinya. Selalu, selalu, dan selalu terbayang. Bayangan itu sebenarnya membuatmu jengkel, namun dia tidak mau enyah. Engkau menjadi pengidap gangguan konsentrasi. Engkau membaca buku, tetapi halaman itu tidak segera berpindah ke halaman selanjutnya, padahal sudah tiga jam engkau duduk menatap buku itu. Itulah yang membuatmu menjadi mahasiswa fakultas kedokteran yang tulalit. Engkau menjadi pengikut fanatik nasakom atau nasib satu koma. Engkau masuk ke dalam di, tri, tetra atau bahkan pentalema, antara mempertahankan cintamu atau engkau melepaskannya mengejar ketertinggalanmu atau melepaskannya untuk mencari ridho orang tua karena orang tua sangat menentangmu atau hati nuranimu mengatakan bahwa meneruskan hubungan sama dengan menambah rasa berdosa atas kemaksiatan yang engkau lakukan; pilihan-pilihan yang menguras tenaga emosional. Yang lebih membuat engkau terpuruk adalah ketidak sukaan orang tuamu pada dirinya. Akhirnya engkau putuskan cintanya. Engkau buang harapanmu untuk membina kasih dengan dirinya. Hatimu terluka. Engkau merasa sedih. Engkau merasa nyeri, seperti luka segar menganga yang diberi cuka, pedih, perih dan ngilu. Luka yang tak akan pernah tersembuhkan.

Engkau usir dia dari ruang di hatimu. Ruang itu tetap kosong. Tidak terisi. Ruang kosong tak terisi. Engkau tutup rapat-rapat pintu ruang itu. Tidak engkau perkenankan seorang pun untuk memasukinya. Engkau mencoba melupakan keberadaannya. Engkau benam dalam-dalam segala sesuatu tentangnya hingga ia tidak muncul dalam pikiran sadarmu. Engkau berusaha keras untuk menderita amnesia yang sangat, khusus mengenai segala hal tentang dirinya. Engkau benar-benar lupa. Ia tiba-tiba menjadi asing bagimu, hingga engkau bertanya-tanya. Berusaha keras menebak siapa dirinya, dari mana dia berasal, siapa bapak ibunya, dan yang penting apa hubunganmu dengan dirinya. Engkau menjadi pengidap jamais vu tulen. Engkau tenggelamkan dirimu dalam ketekunan memahami ilmu kedokteranmu. Engkau benamkan dirimu dalam dunia yang engkau sendiri tidak memahaminya.

Namun otak emosi mempunyai jalan pikirannya sendiri. Melewati jalanan itu. Tiba-tiba saja engkau merasa sedih. Tiba-tiba saja engkau merasa kehilangan. Tiba-tiba saja engkau merasakan kembali kehadirannya. Tanpa kau sadari kristal-kristal putih bening yang hangat menetes keluar dari kelopak mata membasahi pipimu. Engkau merasakan hangatnya benda-benda hangat itu mengalir di kedua pipimu. Engkau menangis tersedu-sedu. Tersengguk-sengguk. Tidak engkau pedulikan orang yang lalu lalang di depanmu. Toh mereka tidak akan tahu, karena engkau tertutup oleh kaca helm yang gelap menutupi wajahmu. Engkau terus melaju bersama sepeda motormu yang engkau pacu gasnya. Terus melaju.

Engkau sadari kembali adanya ruang kosong tak terisi di hatimu. Walaupun suatu ketika ada istri bukan dirinya. Ruang itu tetap kosong tak terisi. Bila pun ada istri yang benar-benar engkau cintai dan melahirkan anak-anakmu, menempati ruang di hatimu. Dia tidak di ruang itu. Dia benar-benar ada dalam hatimu. Dan engkau benar-benar merasa kehilangan. Kehilangan yang menyakitkan. Kehilangan yang membuatmu merasa terluka.

Engkau sadari, dirimu adalah makhluk laki-laki. Sosok makhluk yang rasional dan tegar. Namun engkau patahkan mitos itu. Engkau sadari dirimu yang sensitif, halus dan lembut. Mudah tersentuh oleh emosi-emosi yang mengalir demikian lembut. Engkau mengikutinya. Engkau merasakannya. Dan engkau menikmati pedihnya hati yang terluka.

Engkau tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Apalagi terhadap Tuhan. Dia pasti mempunyai rencana-Nya. Tentu rencana Dia selalu yang terbaik untuk dirimu. Pikiran rasionalmu berkata demikian. Namun sejenak engkau biarkan otak emosionalmu bekerja. Engkau hayati gelombang-gelombang rasa itu. Engkau ingin sekedar menuruti egomu walaupun sesaat.

Engkau kini berusaha menata hatimu menapaki kehidupan nyata. Engkau menyadari itu adalah masa lalumu. Engkau menyadari itu tidak diridhoi-Nya.

Thursday, February 14, 2008

The journey of destination

Ombak itu bergulung-gulung, bercanda, saling mengejar dengan suka citanya. Terkadang dia menghambur dalam gulungan besar. Terkadang pula dia menghambur menyerbu pantai dalam gulungan-gulungan kecil. Terus-menerus berjalan menyusuri samudera yang luas menuju daratan dalam gerombolan gelombang-gelombang. Terus-menerus menyapa pantai yang telah menjadi sahabat karibnya. Sudah ribuan tahun ia melakukan itu. Sampai-sampai bongkahan karang sebesar dan sekokoh itu pelan-pelan terkikis hingga menjorok jauh ke dalam.


Percikan-percikan air ombak menghasilkan butiran-butiran air laut yang terbang ke mana-mana. Sebagian hinggap di karang, garam-garamnya yang ganas dan pekat mengikis secara pelan-pelan dan pasti, menghasilkan permukaan batu karang yang tajam. Setajam tombak-tombak prajurit Majapahit. Mampu merobek kulit siapa saja yang menyentuhnya secara tidak hati-hati. Sebagian yang lain terbang, laksana bidadari putih yang mengepakkan sayapnya menggapai pesona terik matahari dan diterbangkan oleh goyangan angin yang menggoda, melayang menyusuri langit, pergi ke tempat nun jauh di sana. Akhirnya mereka bertemu bergandengan tangan membentuk gumpalan semisal kapas-kapas yang diterbangkan angin. Mereka nikmati indahnya perjalanan melayang-layang yang melalaikan itu. Menyapa pepohonan, membelai bongkahan-bongkahan batu pegunungan, menyisiri lembah, menerjang bukit, menyalami puncak-puncak gunung, menyibak karang-karang terjal yang kokoh, sekokoh para mustaqimin, yang teguh dan sabar untuk memegang janjinya pada Robbi, sebelum mereka membuat pesta besar membentuk mendung-mendung yang membuncah tak terkira. Karena takdirlah yang membuat mereka berubah menjadi hujan yang menebarkan sejuta harapan. Menghidupkan kembali tanah-tanah mati yang gersang. Membuat suka cita para petani. Memberikan sejumput karunia Robbi yang Maha Luas.

Air-air itu tumpah kemana-mana. Sebagian masuk ke tubuh tumbuhan, sebagian menjadi bagian hidup hewan, manusia bahkan hingga hewan atau tumbuhan yang hanya terdiri dari satu sel. Sebagian lagi menjadi butiran-butiran yang memadati ruang udara, hinggap di ujung-ujung daun menjadi embun.

Sebagian yang tidak hinggap menutupi pandangan manusia, dinamailah mereka itu dengan nama kabut. Sebagian mereka menyusup jauh, menggelinding di sela-sela butiran-butiran tanah, memasuki rongga besar dalam perut bumi, dan keluar lagi ke permukaan bumi menjadi mata air dalam perjalanan panjang tiga puluh tahun. Mereka menjalani siklus tiga puluh tahunan.

Sebenarnya perbandingan air yang diwakili lautan dengan daratan, seluruh benua dan pulau-pulau, lebih banyak airnya. Perbandingannya hingga mencapai tujuh puluh persen lebih banyak air. Demikian pula di dalam tubuh kita air yang menggenangi sel-sel dalam tubuh kita dalam jumlah yang setara. Juga tujuh puluh persen. Kalau air di laut rasanya asin karena komposisi garam jauh lebih besar berada di sana, air yang menggenangi sel-sel kita juga jauh lebih asin dari pada air yang berada di dalam sel. Subhanallah. Maha Sempurna. Sebuah arsitektur yang Maha Memperhatikan sampai detil-detil terkecil.

Begitulah Allah SWT memberikan ketetapan qadarnya pada air. Terkadang aku berpikir, nasibku itu seperti air. Aku tidak tahu pasti, apakah aku seperti butiran air yang mana. Apakah aku ditakdirkan menjadi seperti air yang tertambat diujung daun di saat remang cahaya subuh sebelum turun ke tanah atau menguap lagi terbang bersama awan. Atau aku termasuk butiran air yang menyesap di sela-sela tanah masuk di dalamnya mengikuti siklus tiga puluh tahunan. Ataukah aku ini laksana butiran-butiran air yang menjadi hujan deras menghidupi tanah-tanah gersang. Ataukah takdirku berpindah-pindah berkelana dari laut menuju langit, menjadi hujan dan masuk ke perut bumi, keluar lagi ke permukaan menjadi mata air dalam tiga puluh tahun. Itulah takdir.

Aku hanya bisa berusaha, berdoa, dan bertawakal kepadaNya. Aku banyak belajar hidup dari bapakku sendiri. Menurutnya nasib kita tergantung pada kebiasaan-kebiasaan yang kita sengaja biasakan. Orang menjadi pintar karena dia membiasakan dirinya melakukan hal-hal yang membuat dia menjadi pintar. Orang menjadi usahawan, karena dia membiasakan diri melakukan hal-hal yang membuatnya menjadi pintar sebagai pengusaha. Orang menjadi olah ragawan ternama karena dia menyengajakan diri melakukan hal-hal yang membuatnya menjadi seorang olah ragawan. Orang menjadi bodoh dan miskin karena dia tidak melakukan hal apa-apa yang membuatnya menjadi bisa berpindah dari takdirnya sekarang.

Sunday, February 10, 2008

Setiap orang pasti punya kelebihan

Mengenali kelebihan atau potensi diri ada beberapa macam, butuh seni mengekspresikannya agar bisa memberikan kebaikan pada sebanyak-banyaknya manusia :

Pertama; diri sendiri tidak menyadari tetapi orang lain melihatnya



Kedua, diri ini menyadari ada potensi dan orang lain tidak menyadari



Ketiga; Ini yang paling parah, diri ini tidak menyadari potensi tetapi orang lain juga tidak menyadari



tekunlah menggali kelebihan atau potensi diri Anda, ga usah malu nanyain setiap orang

semoga berhasil

Kebersamaan yang Indah Kita

Daisypath Anniversary Years Ticker

hanya bisa mengucapkan...

zwani.com myspace graphic comments