my map

https://www.google.co.id/maps/@-7.5532988,110.7662994,189m/data=!3m1!1e3!4m2!5m1!1b1?hl=id

Wednesday, March 28, 2007

Lembaga Kesehatan yang Berteman tapi Mesra dengan Pasien

Aravind Eye Center

Di tetangga negara kita yang agak jauh yaitu India, di sana telah berkembang layanan kesehatan yang tidak digerakkan oleh pasar. Melainkan oleh misi yang jauh dari materi. Aravind Eye Center didirikan oleh dokter Venkatasawamy biasa dikenal dokter V, misinya adalah membebaskan sebanyak mungkin kebutaan yang bisa dihindari.

Dengan misi sosialnya, maka sebagian besar pasien yang dilayani (65%) gratis hanya sebagian kecil (35%) membayar dengan kualitas pelayanan yang sama baiknya. Seorang dokter di sana dengan sistem yang sangat efisien mampu melakukan 50 operasi pembedahan mata sehari, bahkan divisi farmasi dan lensanya mampu menghasilkan obat berkualitas dan lensa berkualitas dengan harga jauh lebih murah. Produk-produk mereka telah merambah Eropa dan Amerika.

Mereka memiliki 1500 klinik dengan kondisi sanitasi yang jauh lebih baik dari klinik pada umumnya di India. Yang menarik lagi kampanye pemasarannya sangat khusus pada penjaringan pasien-pasien tidak mampu yang tinggal di kawasan miskin. Masalah kualitas pembedahan terutama dilihat dari efek samping, komplikasi yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan rumah sakit ternama di Inggris.

Beberapa rahasia yang membuat mereka bisa berkarya sedemikian hebat, bukan digerakkan oleh naiknya harga saham ataupun royalti besar, karena bukan organisasi profit tetapi lebih karena hal-hal yang bersifat non materi.

Rahasia komitmen dokter;

Gaji yang diterima dokter adalah rata-rata kebanyakan bahkan sedikit di bawah rata-rata. Namun mereka mendapatkan pengalaman berharga selama bekerja di Aravind, mulai pendidikan yang bekerja sama dengan universitas ternama, kasus-kasus langka yang sering dijumpai, riset kolaboratif yang memuaskan, serta budaya yang sangat tinggi berkomitmen pada usaha mewujudkan penglihatan yang baik. Budaya lain yang dibangun adalah budaya yang didasarkan pada layanan. Semua dokter berbicara dengan lembut kepada pasien dan perawat. Di Aravind tidak ada teriakan.

Jika seorang dokter berperilaku secara tidak baik, berita akan segera menyebar ke segenap penjuru rumah sakit, dan dokter tersebut akan mendapatkan masalah. Rasa saling menghargai adalah nilai inti dari budaya Aravind.

Satu lagi yang ditawarkan Aravind kepada dokter-dokter adalah nama baik, serta status berdasarkan integritas yang kuat mengakar di masyarakat.

Rahasia komitmen perawat dan staf lain;

Asisten ophthalmik yang direkrut dari gadis-gadis keluarga besar, keluarga petani dan berperilaku baik, dalam empat bulan pertama dilatih ilmu-ilmu dasar dan detail tentang anantomi dan psikologi manusia. Akhir empat bulan pertama, para pelatih memilih asisten ophthalmik untuk tugas-tugas yang berbeda, seperti departemen rawat jalan, ruang operasi, konseling dan sebagainya. Delapan bulan berikutnya menerima pelatihan khusus untuk departemen di mana mereka ditempatkan. Enam bulan berikutnya dihabiskan dalam aktivitas magang dengan perawat pelatih yang bekerja di departemen yang sama. Terdapat pelatihan satu banding satu pada setiap tahap. Selama enam bulan terakhir mereka bekerja mandiri dengan sejumlah bimbingan dari perawat dan dokter

senior. Mereka juga diajari sejumlah terminologi medis dasar dalam bahasa Inggris dan dilatih bahasa Inggris percakapan dasar. Selama tiga tahun masa bakti mereka sebagai karyawan permanen, para asisten ophthalmolog juga diberikan pelatihan memasak, merawat rumah, menjahit dan sebagainya, untuk mempersiapkan mereka agar menjadi istri yang baik di masa mendatang.

Para perawat didorong untuk bersikap baik kepada pasien pada setiap saat dan mendekati mereka dengan rasa terima kasih karena memberi mereka kesempatan untuk melayani. Para perawat tersebut diminta menyimpan sebagian gaji mereka di rekening bank atas nama mereka, sehingga memiliki tabungan yang cukup untuk pernikahan.

Dr. Natchiar, kepala pelatihan paramedis Aravind menuturkan, “Lebih dari gaji, manfaat itu adalah pengakuan yang mereka dapatkan dalam masyarakat. Mereka mendapatkan

penghormatan besar. Kemudian mereka juga mendapatkan pelatihan dan pengalaman yang sangat bagus di sini. Peluang pergi ke luar negeri, bahkan untuk periode singkat, juga dipandang sebagai faktor positif.”

Seorang perawat senior memaparkan, “Saya bekerja lebih banyak ketimbang para perawat di rumah sakit pemerintah; saya dibayar lebih kecil atau sama dengan mereka, namun saya mendapatkan penghormatan jauh lebih besar dalam masyarakat. Ketika saya naik bus, seseorang mengenali bahwa saya bekerja di AEH (Aravind Eye Hospital) dan menawari saya tempat duduk dan bersikap ramah kepada saya. Saya sangat bahagia dengan hal itu.

Dr. Usha menuturkan, “Para asisten ophthalmik merupakan inti keberhasilan kami. Mereka menambahkan begitu banyak kepada Aravind Eye System.” Dr V (sebutan untuk dokter

Venkataswamy, sang pendiri Aravind) mengatakan, “Para perawat senior menghargai efisiensi atmosfer kedamaian dan ketenteraman dan memberikan contoh kepada para staf yunior.”

Jaipur Foot

Masih dari negeri India, Jaipur Foot, organisasi nirlaba yang bekerja secara profesional. Walaupun sebagian besar pelanggannya adalah orang miskin dan gratis tetapi sama sekali tidak mengurangi profesionalitasnya.

Mereka mengembangkan kaki palsu dengan kualitas yang dibutuhkan oleh orang-orang miskin pedesaan yang bisa digunakan untuk ke sawah, bersila dengan harga 1/300 jauh lebih murah ketimbang kaki palsu buatan Amerika.

Usaha mereka tidak saja memproduksi kaki palsu, tetapi juga menyediakan layanan dua hari menginap secara gratis untuk orang-orang miskin, mulai dari mengukur dan memilih bahan yang sesuai dengan jenis, struktur dan tekstur kaki hingga kaki palsu tersebut siap dipakai untuk dibawa pulang dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, mereka terus-menerus mengembangkan proposisi penawaran yang jauh lebih baik. Mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada, seperti yang menonjol berat kaki palsu yang 850 gram, terlalu berat untuk kaki palsu, terlebih bila dibandingkan dengan pesaing-pesaing dekatnya.

Ke depan mereka juga terus menerus mencari jalan peningkatan efisiensi biaya dan

menurunkan waktu produksi.

Salah satu usaha yang profesional adalah bekerja sama dengan badan antariksa India, dengan harapan dapat merancang kaki palsu yang lebih ringan [350 gram], mendapatkan waktu pembuatan yang lebih pendek, dan biaya pembuatan yang lebih murah serta umur kaki palsu yang lebih lama. Sehingga pengorbanan yang diberikan pelanggan [yang kebanyakan orang miskin] semakin sedikit,

tetapi nilai yang ditawarkan kepadanya semakin meningkat.

Demikianlah beberapa contoh nyata, ternyata tanpa harus digerakkan oleh pasar sebuah bisnis layanan kesehatan dapat menunjukkan kinerjanya yang profesional, menghasilkan inovasi dan yang lebih penting membuat hubungan dokter dan pasien semakin mesra.

Mungkinkah di Indonesia bisa ada lembaga semacam mereka?

9 comments:

Anonymous said...

mungkin ada beberapa hal yang harusnya bangsa ini kaji lebih jauh ...bukan hanya di bidang pelayanan kesehatan, tapi juga di bidang lain...

sangat miris rasanya bila kita lihat bahwa bangsa kita udah jauh tertinggal bila di bandingkan dengan negara2 tetangga ex. India ...

apa sih yang kurang? apa kita kurang pintar, ga juga? orang Indonesia khan pintar2....buktinya masih banyak warga malaysia baik yang melayu maupun keturunan sekolah di Indonesia ...

kita itu cuma kurang satu hal ... rasa nasionalisme ... kalo kita mau belajar dari negara lain macam india dan jepang yang rasa nasionalisme nya tinggi...mungkin bangsa kita tidak seterpuruk ini ...

mungkin itu yang perlu kita benahi, karena tampaknya kaum muda Indonesia udah berkurang rasa nasionalisme nya ... mungkin kini saat nya kita belajar dari mahatma gandhi ...

Anisa said...

Di Indonesia bisa,tapi kapan ya ? hanya waktu yang akan menjawabnya.

iway disini said...

mungkin dong pak dokter, dokter di india juga manusia kan? apa dokter indonesia yang bukan manusia :D ,pasti bisa! tinggal tunggu niat dan kemauan aja

Manda La Mendol said...

IT kita ketinggalan 10 tahun ama India, Industri Filmnya juga lebih maju, Kesehatan kita ketinggalan berapa puluh tahun dok ?

NiLA Obsidian said...

hahahaha......setuju sama "jagoan makan"

mimpi boleh usaha jalan terus doa harus...
balik lagi, masyarakat & pemimpinnya mau diajak maju ga?

Anonymous said...

mimpi yg masih berkepanjangan buat indonesia.
Tradisi senyum antara pasien dan dokter aja skr kayaknya mahal.

Yusuf Alam Romadhon said...

Buat Cah Jogja..
setuju..cah.. jiwa disiplin dan nasionalism kita perlu diasah lagi..
buat Anisa.
kalo nunggu bisa lumutan.. anisa
buat iway..
sama-sama manusia...beda motivasinya.. OK
buat la Mendol..
sama ketinggalan jauh..
buat nila sang produser
itulah masalahnya...mulai dari mana?
buat kenny
ya kita mulai dari kecil, mulai dari sekarang, dan mulai dari diri sendiri..

Admin said...

tentu mungkin dong pak dokter...:) optimis kata kuncinya, tergantung kita mau atau tidak...ayooo nunggu apa lagi....mari kita mulai kecil-kecilan..:)

Yusuf Alam Romadhon said...

buat My Alter
Iya mbak Optimis.. tahan banting...

Kebersamaan yang Indah Kita

Daisypath Anniversary Years Ticker

hanya bisa mengucapkan...

zwani.com myspace graphic comments