my map

https://www.google.co.id/maps/@-7.5532988,110.7662994,189m/data=!3m1!1e3!4m2!5m1!1b1?hl=id

Friday, March 2, 2007

TIDAK ADA ISTIMEWANYA MENJADI DOKTER

Kata orang menjalani profesi dokter itu…enak, kaya, harta melimpah, selalu dihormati dimana pun, menjanjikan masa depan yang baik……jodohnya mudah……

Pernah suatu ketika saya mengantarkan istri yang mengantri giliran untuk dilayani, saya duduk-duduk dekat kursi customer service. Ketika duduk tersebut saya didekati seorang pegawai dari sebuah perusahaan asuransi yang menawarkan produk-produk asuransi. Kemudian saya menjawab

“mbak lha wong saya masih kredit rumah kok ditawarin asuransi”…

petugas tersebut tersenyum dan temannya yang duduk di dekatnya yang ternyata bagian pelayanan kredit, setelah berbicara panjang lebar dan mengetahui saya dokter dan tahu bagaimana kondisi keuangan saya, akhirnya dia berkata..

“Saat ini kalau ada kredit macet mesti kebanyakan dokter…! Anggota IDI1! Padahal penampilannya kan tahu sendiri…mentereng…meyakinkan…orang kaya. Tetapi kalau IBI2 itu…bagus dalam melunasi utangnya… sehingga pihak bank kami lebih senang memberikan penawaran pinjaman kepada anggota IBI.”

“Kok bisa ya mbak?”

“Iya… mereka para dokter itu…mengambil kredit banyak sekali… mungkin untuk menopang prestige penampilannya...mengambil kredit untuk rumah mewah…mengambil kredit mobil yang patut untuk style dokter…itu pun masih menambah kartu kredit… jadi seringkali tidak diperhatikan bahwa semua itu adalah beban keuangan yang sudah melebihi ambang psikologis… dan jadilah kredit macet.”

“Dengan beban keuangan seperti itu…bagaimana para dokter memerlakukan pasiennya…terutama yang berkaitan dengan keuangan yang masuk ke kantong dokter?” kata saya dalam hati.…………..

Yang tampak di permukaan saat ini, dokter selalu dipersepsi kaya atau full-fulus. Kalau tidak kaya maka dalam masyarakat kita tampaknya ini adalah hal yang tabu. Pengalaman saya juga membuktikan hal-hal yang demikian. Hingga saat ini saya belum mempunyai mobil, walaupun second. Rumah masih kredit. Hingga tulisan ini dibuat, rumah saya lunas dua belas tahun lagi… saat itu saya sudah berusia 45 tahun. Anda heran?

Jangan khawatir! Kalau Anda heran berarti Anda tidak sendiri. Banyak pasien saya yang berkomentar demikian.

“Dokter, panjenengan bersahaja ya… “

“Kenapa pak?”

“Biasanya dokter itu bermobil…., tetapi panjenengan tidak… kendaraan sepeda motor Honda Prima tahun 90-an.. dan helmnya itu… nyuwun sewu butut..”

Memang saya pakai sepeda motor Honda Prima tahun 90-an, sedangkan istri saya memakai Honda Supra tahun 2003. Saya, hingga tulisan ini disusun adalah menginjak tahun ke-7 praktik pribadi. Demikianlah keadaan saya. Helm yang saya pakai berwarna kuning sudah retak-retak…. Sehingga pantaslah seorang pasien dari percakapan nyata di atas tampaknya kasihan dengan kondisi saya…

Sekarang anak saya dua, yang pertama duduk di kelas dua SD sedangkan yang kecil masih berusia 9 bulan. Tapi mengapa kondisi saya masih sedemikian rupa? Maksudnya tidak menunjukkan gejala-gejala atau tanda-tanda saya ini seorang dokter yang sukses, mempunyai mobil, rumahnya megah dsb.……………………..

Saya yakin gambaran sebagian besar dokter saat ini…. sangat mirip-mirip dengan kondisi saya… sebagian besar mereka adalah anak orang biasa….bukan anak seorang Guru Besar Kedokteran Ternama….pengusaha… sehingga bisa memuluskan kariernya di jenjang yang lebih tinggi…. Bapak ibu saya untuk menyekolahkan ketiga putra putrinya menjadi dokter dan dua putranya menjadi insinyur harus menjual rumah yang ditempati….dan saat ini mereka berdua mengontrak rumah…………….

Beberapa waktu yang lalu ketika menghadiri acara pertemuan ilmiah…..sempat ngobrol-ngobrol dengan teman sejawat yang dulu adik kelas.. dia bercerita tentang… biaya-biaya mengambil program spesialis…..

tarifnya adalah sebagai berikut spesialis Obgyn harus mengeluarkan uang minimum 150 jutaan bahkan ada yang berani membayar sampai 500 juta untuk sekedar “uang gedung”. spesialis kulit karena nilai pasarnya sedang naik daun terutama kosmetik… juga mengikuti Obgyn….. Spesialis lainnya rata-rata uang yang dikeluarkan untuk “uang gedung” adalah 50-an juta. SPP per semester…5 – 8 juta…belum lagi biaya “perploncoan” sebagai yunior…membayari club golf, tennis, makan-makan di restoran mewah… semuanya ditanggung oleh yunior. Itu pendidikan dokter tingkat lanjut…

untuk yang dokter umum saja…terutama PTN jalur khusus dan swasta… sama 150-an juta sampai ada yang berani membayar 500 juta…………………

Sementara itu.... banyak kenyataan Lain...

Seorang teman sejawat pernah bercerita pada saya harus berjalan menyusuri hutan dan sepatu dilepas berbecek-becek jalan di atas genangan air dan sungai, untuk mencapai rumah seorang penderita yang tidak mampu berjalan. Keadaan rumah dan sosial ekonomi pasien sangat memrihatinkan….sehingga mana tega menarik jasa dan obat-obatan yang diberikan kepada pasien.

Kakak saya sendiri yang menjadi dokter PTT di Bengkulu mendapatkan daerah yang susah mendapatkan air bersih. Air sumur di rumah dinas,

baru diambil 2 – 3 ember sudah keruh dan tidak bening lagi. Belum lagi,

tidak banyak mendapatkan uang cash, pasien yang berobat mengganti

ongkos obat dengan memberikan seekor ayam jago (lihat Dokter

Peternak Ayam Jago).…………

Profesi Dokter di Indonesia saat ini Ber-Resiko Tinggi mengalami FULUSTRASI…………….

Harus pintar-pintar dalam memasarkan dirinya...
Mak... gelloo...daaaak..


1 IDI = Ikatan Dokter Indonesia

2 IBI = Ikatan Bidan Indonesia

26 comments:

Nieke,, said...

duh, kayanya memprihatinkan banged ya om..? org kuliahnya aja sampe mahal begitu, tp pas mau masuk dunia kerja aja kayanya tantangannya minta ampun,, apalagi skrg katanya profesi bener2 beresiko banged.. kayanya kok gampang banged org ngomong mal praktek jaman skrg.. pdhl dokter jg manusia.. duh, yg tabah ya doc. ;)

Nieke,, said...

profesi dokter mksdnya om, ga keketik.. hehe.. maaph xD

NiLA Obsidian said...

orang selalu melihat ketika seseorang sudah menjadi sukses...padahal perjalanan menuju sukses itu sampe berdarah darah....

trus berjoeang ya dok....
pahala mah gimana amal-amalan...Tuhan yang ngatur....

Anonymous said...

Sama dr Agung Santoso, alumni UNS, asal Solo kenal gak?
Sekarang praktek berdekatan dengan saya di pinggiran Samarinda

vivi said...

oalahhhhhh Ya Allah ternyata dokter juga sama kaya org biasa ya ...kirain....baru tahu aku dok...kayanya semakin tinggi pendapatan kita semakin tinggi juga pengeluaran kita ya....

Gumi Angga said...

aaaaaaaaaaahhhhhhh

akhirnya ku menemukannmuu
bidan boleh kan masuk sini???
sayapun ingin menjadi seorang pelayan kesehatan yang baikk......

mari kang!!!

Aris Heru Utomo said...

Dijaman dimana kesuksesan selalu diukur dengan materi, profesi dokter mungkin bukan profesi yang bisa cepat balik modal. tapi bagi saya profesi dokter tetap istimewa, tidak mudah utk menjadi dokter, apalagi dokter yg baik. cerita2 mas dokter Yusuf mengingatkan akan mantan dokter di tempat tinggal saya dulu, kebetulan namanya juga dokter Yusuf. beliau dan istrinya (yg juga) dokter hidup bersahaja. Salam kenal juga mas dokter Yusuf.

.:nien:. said...

intinya profesi dokter iku lak just another profession toh? ada ups and downs nya. maklum masih terpengaruh budaya jaman londo biyen (boowwwkkk ... pdhal wes merdeka puluhan tahun .... jiaaaan tenannn!!!)

Biasa, boss ... wong indonesia gampang silau gak ngerti soro ne sing nglakoni.

But me personally ... walopun dulu disuruh2 masuk FK, aku sih emoh wae ... jadi insinyur luwih exciting menurutku, plg gak iso entuk bojo sing biso ndandani omah ben cantik walopun ora gede *alesan sing ora penting blass* huahahahaha ...

hepi wiken boss ...

GrapZ said...

kaya' di blognya cakmoki bilang: kalo mau kaya ya jangan jadi dokter, jadi pengusaha ato koruptor. itu juga kata2 pertama yang diucapin sama dekan saya waktu pertama kali tatap muka kuliah hehe...

apalagi sekarang, jadi dokter harus siap kere hehehe

sayang kadang masyarakat suka tidak bisa terima kalo dokternya jalan kaki ato naek bis, jadi sebenernya (kadang2) dokter terjebak karena mendengarkan tuntutan masyarakat untuk jadi 'to good to be true'

Anonymous said...

Fulustrasi? Ha..ha.. Pak Dokter ini ada-ada aja.. Tapi salut buat Pak Dokter. Gpp Dok, miskin harta kaya hati kata Rita SUgiarto (hidup dangdut ha..ha..)

Anisa said...

Sungguh hebat orang tua pak dokter, 3 putra/putri dokter, 2 insinyur, suatu prestasi yang luar biasa dan mudah2an Allah membalasnya dengan yang berlimpah. Keluarga dokter yang bersahaja, Alhamdulillah dijaman sekarang masih ditemui dokter semacam dokter Yusuf dan Istri. Wauhh...betul2 dah mencekik ya harga sebuah pendidikan di Indonesia. Dengan kwalitas dokter yang kadang2 (maaf tdk begitu pinter/masuk lewat program extention/anak pejabat/anak proff/masuk lewat program khusus) kadang saya berfikir kedepannya untuk masa depan anak saya kalo2 nanti sudah dewasa dan membutuhkan jasa mau ke dokter mana ya?Masak mau ditanya dokter lulusan mana, lewat program apa ?
Tapi sampai skrg fenomena profesi dokter tetap menjadi idola masyarakat Indonesia lho..orang tua banyak yg bangga kalo menantunya berprofesi dokter drpd insinyur (contoh ada padaku). Sukses selalu buat kehidupan pak dan ibu dokter.

Anisa said...

o,ya dok sepupu saya jg lulusan FKU UNS, kalo gak salah angkatan 91, namanya Thomas Murti...lupa lanjutannya, mungkin dokter kenal.Sampai sekarang kehidupannya jg tidak banyak berubah, tetap menjadi dokter yang sangat bersahaja dengan satu putra dan tragisnya sudah berpisah dgn istrinya (memilih menjadi seorang penyanyi).
Kalau berbicara nasib, sepertinya dokter lebih beruntung daripada sepupu saya.

Anonymous said...

salut ama pak dokter...smoga ttp begitu adanya :D

Yusuf Alam Romadhon said...

Untuk Nieke : Makasih ya Nieke... saya enjoy kok dengan kondisi saya dan keluarga..ketenangan dan ketenteraman itu yang saya cari
Buat mbak Nila : makasih supportnya.. bejuang sampek berdarah-darah ya mbak..
Buat Cak Moki : mungkin kalo lihat orangnya langsung tahu.. tapi angkatan berapa ya Cak.. saya angkatan 1991
Untuk Vivi : ya Vi... sawang sinawang..
Buat bu Bidan Anggaust : boleh banget bidan ... lha wong kita kan satu tim...
Untuk Mas Aris Heru Utomo : salam kenal pula mas Aris... makasih atas kunjungan dan komen-nya
Buat Nien..: maturnuwun ya Nien.. Orang sering ngeliyat luarnya aja... sawang sinawang..
Buat Grapz : ya..tanpa sadar kita menginternalisasi apa yang jadi "harapan dan tuntutan" masyarakat pada kita... terlebih kalo ngeliyat sinetron.. gambaran dokter... waduh bikin ndak ku... ku...
Untuk de..: HIDUP DANGDUT!!! Iso ae sampeyan iku... nganggo hidup dangdut barang... Fulustrasinya kulakan dari mailing list soc culter kok mbak yu...
Buat Annisa : ya... Allah Thomas Murti... itu teman satu kost saya dulu... ada nomor kontak yang bisa dihubungi mbak Anisa (mohon di e-mailkan ke yusuf_pluss@yahoo.com) .. dunia memang sempit ya mbak Anisa.. ada saja yang membuat saya nyambung dengan panjenengan.. mbak..
Buat mbak Kenny : makasih banget ya mbak... doakan saya selalu bisa isitqomah... dengan amanat yang Allah berikan kepada kami...

Mashuri said...

Realitas pendidikan kedokteran Indonesia adalah warisan feodal yang kini bersimbiosa dengan kapitalisme melahirkan "palakisme gaya baru"...

Padahal dosen-dosen FK di seluruh Indonesia itu(Ingat:*Di seluruh Indonesia*)digaji untuk mendidik "dokter umum". (Kalo gak percaya baca konsideran PP ato SK pengangkatannya).Kenyataanya?...
Energi mereka terkuras habis untuk residen. Akhirnya, pendidikan dokter umum tinggal sisa-sisa napas...

Belum lagi kurikulum yang membajak habis dari luar....Padahal kita bedooo dengan luar....!Beda sekali!

Salam hormat buat dr. Yusuf

Manda La Mendol said...

Terus terang saya juaraanggg lihat dokter yang bersahaja. Kebanyakan necis, pake mobil keluaran terbaru,ponselnya paling canggih.Contoh model gini yang membuat para ortu pengen anaknya jadi dokter. eh..kaleeeeee

Anisa said...

Weleh dokter kok pakek penjenengan segala...Saya kan lebih muda, jadi panggil saja dengan namaku..ehhehehe.. (scr kebetulan kan temen kakak juga...)
Mudah2an selalu dan terus menjadi dokter yang bersahaja (walaupun kenyataannya berlebih materi)dan menjadi tuntunan bagi putra-putri nya kelak.Amin

Yusuf Alam Romadhon said...

Buat mas Mashuri..
pakek ngitungin jadi tamu ke berapa segala tho mas... he he he ndak pa2 ding jadi...agak Ge-Er.. trus penutupnya pakek salam hormat...jadi tersanjung nih... salam hormat kembali mas Mashuri..makasih..
Untuk Jagoan Makan :
Kok foto avatarnya ganti es krim he he he jadi pengen makan...
dokter yang terlantar banyak mbak... dan tidak pernah terlihat identitasnya sebagai dokter... kalo di jalanan.. he he he
Buat Anisa
Ya Annisa... ah nambah2in berlebih materi... lho amin...mudah2an sumbernya porsi terbesarnya tidak dari praktik... ada sumber lain... gitu... amin makasih ya Annisa...(udah bener tho manggilnya?)

Anonymous said...

wah....ternyata menjadi dokter ga segampang yang saya kira ya?

masuk kuliah .... susah
kuliahnya ... susah
lulus nya .... juga susah

giliran nyari kerja .... lebih susah

untung saya ga jadi dokter ya?

padahal jadi dokter itu jadi cita2 semua anak sekolah lho?

coba aja tanya....dari anak TK sampai SMA ....pasti cita2 nya jadi dokter...hehehhehehe...

apa atau siapa yang salah ya?
kita atau negara kita?
tanya kennnnnapa?

Susi-Nasywa-Syamil said...

Terimakasih sudah berkunjung ke tempat nasywa pa dokter, semoga dokter dan keluarga tetap istiqomah dan bisa menjadi dokter2 teladan di indo soalnya kebanyakan dokter sekarang lebih banyak milih materi daripada menolong
Salut buat dr dan keluarga

Juminten said...

Uhmmm... jd inget dulu waktu sekolah dan mau masuk kuliah, kayaknya ngebet bgt pengen jd dokter. Tp apalah daya? Nasib menentukan saya harus jd ahli IT! (Meskipun belom benar2 tercapau! Hehehe... :P)

Btw... Ga nyangka profesi dokter sebenarnya spt itu. Salut bgt buat dokter2 Indonesia... ;)

Anonymous said...

bener kata koesplus. lebih enak jadi bujangan... :) he.. he..

Anonymous said...

Hiks... jadi terharu ngebayangin perjuangan ortu Dokter...
Salamku buat mereka ya...
Btw di Sby --kata TV-- banyak dokter yang gak punya izin praktek. Kira-kira kenapa tuh, Dok?

Yusuf Alam Romadhon said...

Buat Cah Jogja : itulah ceritanya jadi dokter sulit...lulusnya juga sulit..
Buat Nasywa : makasih atas doa dan dukungannya..
Buat Nilla : hidup harus terus berjalan...sawang sinawang kalo orang jawa bilang..
Buat gre.. seperti kata Seurieus "DOkteeer juga manusia..."
Buat Dew-dew makasih untuk simpatinya buat ortu-kami... banyak yang nggak punya izin praktik... banyak sebabnya... kalo ditulis bisa jadi buku.. he he he

Anonymous said...

saya terharu. sampeyan orang hebat. bapak ibu sampeyan lebih hebat lagi. demi sekolah anak2nya, sampe segitunya...hiks..

*angkat topi tinggi2 buat sampeyan, mas *

Anonymous said...

Well, gak semuanya kok pendidikan spesialis seperti itu. di salah satu tempat pendidikan di jogja sudah gak ada lagi perploncoan, sumbangan pendidikan fixed 10 jt, spp 8 jt karena tidak ada lagi subsidi pemerintah. gak ada lagi keluar uang untuk kakak kelas dan sebagainya, journal internasional gratis karena perpustakaan pusat sudah membayarnya, pendidikan dengan sistem modul jadi memungkinkan untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu. Tidak semua mencetak dokter agar komersil. :) saya beruntung menjadi bagian dari pendidikan tersebut.

Kebersamaan yang Indah Kita

Daisypath Anniversary Years Ticker

hanya bisa mengucapkan...

zwani.com myspace graphic comments