Itulah Iqbal adikku yang fight spiritnya luar biasa, paska bangkrut dan berakibat dijualnya rumah satu-satunya bapak ibu, tetap tinggi semangat survivalnya. Demikian juga bapak ibu yang lapang sekali pemaafnya, dan budhe yang sangat melindungi kehormatan keluarga, mengatakan rumah di Nganjuk dikontrakkan. Kalau melihat itu aku jadi bersemangat sekali, hidup itu terasa berwarna-warni. Penuh dinamika dan penuh dengan kegairahan…………
Kisah ini terinspirasi dari autobiografi saya dan keluarga. Bapak dan ibu saya adalah sosok yang luar biasa. Bermimpi menjadikan putra-putrinya dokter dan sarjana. Walaupun itu sangat tidak masuk akal dalam hitungan manusia. Tetapi mereka mempunyai tekad. Mempunyai keyakinan. Walaupun biaya untuk mengikuti pendidikan dokter sangat menguras keuangan.
Bapak dan ibu saya memang benar sampai menjual rumah satu-satunya yang ditempati. Dua kali. Satu untuk membayar uang gedung di FK swasta. Yang kedua, memang seperti kasusnya Iqbal, mencoba usaha mandiri, tetapi salah perhitungan. Bahkan hingga tulisan ini dibuat bapak ibu masih kontrak rumah. Saat ini bapak menderita stroke tahun keempat dan ibu menderita kencing manis sudah lebih dari dua puluh tahun.
Kami sekeluarga saat ini berusaha untuk membelikan tanah dan membangun rumah untuk bapak dan ibu, termasuk pula “Iqbal” yang setiap hari merawat bapak dan ibu di Kediri.
Teruslah bermimpi. Kuatkan tekat. Gapai impian itu sekuat yang kita mampu mencapainya.
5 comments:
Saya sudah membacanya.....
^_^
Senang, karena saya dapat kiriman dari pak dokter,... senang bisa membaca hasil karyanya, semoga novel ini laris manis yaa pak dokter.
Salam untuk keluarga di rumah.
wah, kok diobral di blog pak?
Saya penasaran ingin membaca novel ini, Pak. Kalau boleh, saya minta dikirimi juga.
Terima kasih
ranggasetya29@gmail.com
oh, maaf, tadi salah menulis alamat emailnya, yang benar adalah ranggasetya29@yahoo.com
Sebelum baca novel ini saya udah denger kisah ini dari pelaku utama yaitu mas "Iqbal". Dia sahabatku sejak tahun 2003. Sekarang malah jadi tetangga depan rumah. Salam dari Mukuh, pak !
Post a Comment