Sebuah buku yang berjudul “Fiqh Finansial”[1]
menguraikan bahwa seseorang yang diberikan amanah pelayanan publik harus
terpenuhi dulu kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan ini harus dipenuhi oleh negara.
Kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus terpenuhi sebelum ia diberikan amanah
pelayanan publik meliputi :
1. Makanan
2. Pakaian
3. Tempat
tinggal
4. Kendaraan
5. Pembantu
6. Perabot
rumah tangga
7. Biaya
pendidikan
8. Buku-buku
pengetahuan
9. Alat-alat
produksi & modal
10. Pelunasan
utang
11. Biaya
kesehatan dan obat
12. Pemerdekaan
dari perbudakan
13. Biaya
pernikahan
14. Peralatan
bela diri
Dokter pun adalah pelayan publik, karena itu haruslah
terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut. Mengapa kebutuhan-kebutuhan dasar
itu harus terpenuhi? Karena memberikan pelayanan publik berarti orientasi
sebagian besar waktunya untuk publik, bukan untuk dirinya sendiri. Saya ada
cerita dosen saya, seorang dokter spesialis bedah digestif. Selama lebih dari
dua puluh tahun kariernya sebagai dokter bedah, ia sudah mengondisikan istri
dan anak-anaknya untuk merelakan sewaktu-waktu absen dari jadwal pertemuan
keluarga karena ada peristiwa gawat darurat yang harus dia tangani di rumah
sakit. Contoh riilnya, suatu ketika dia bersama istri dan anak-anaknya
berbelanja di mal, tiba-tiba ada panggilan dari rumah sakit kalau ada pasien
yang gawat, maka segera ia meluncur ke rumah sakit, otomatis meninggalkan
anak-anak dan istrinya. Yang lebih heboh lagi pengorbanan anak-anak dan
istrinya adalah ketika menjumpai keadaan seperti itu, berarti mereka harus
pulang ke rumah dengan naik taksi.
Idealnya dokter sebagai pelayan publik, agar bisa melakukan pekerjaannya
dengan konsentrasi penuh, maka harus sudah tidak memikirkan lagi masalah
penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tetapi ini jelas
tidak mungkin. Telah menjadi aturan umum, dokter harus memberikan pelayanan
yang “sempurna” [sesuai dengan sumpah yang diucapkan ketika dilantik menjadi
dokter] sekaligus pada saat yang sama harus memikirkan nasibnya sendiri. Ini
adalah PR terbesar dokter-dokter yang hidup di Indonesia, apa pun dan bagaimana
pun bentuk cara mereka memperoleh pendapatan untuk diri dan keluarganya, tetapi
tidak boleh mengubah cara mereka memberikan pelayanan yang prima kepada pasien
dan keluarganya.
Bagaimana gambaran cara dokter memperoleh pendapatan untuk
diri dan keluarganya akan diuraikan pada pembahasan berikut.
Gambar 7.
Kuadran penghasilan seseorang menurut Robert T Kiyosaki, ada kuadran kiri;
yaitu penghasilan sangat tergantung pada kehadiran seseorang, kalau hadir dapat
gaji atau penghasilan tetapi kalau libur tidak dapat gaji atau penghasilan employee [orang bekerja untuk usaha /
perusahaan orang lain] dan self employee
[dia bekerja untuk dirinya sendiri seperti dokter praktik pribadi, pendapatan
tergantung pada hari-hari buka praktik, kalau praktik tutup tidak ada
pendapatan]. Kuadran kanan, orang yang berpenghasilan tidak tergantung pada
kehadiran secara fisik. Contohnya business
[orang punya usaha dan dijalankan oleh orang lain dengan berbagai jenis
pekerjaan yang kompleks dan sudah ada sistem yang berjalan] serta investor [orang yang menggabungkan antar
bisnis]
Menurut Robert Kiyosaki[1],
berdasarkan cara orang mendapatkan penghasilan, terdapat 4 kuadran. Secara umum
kuadran kiri dicirikan adanya ketergantungan pada hadir tidaknya si pelaku.
Kalau pelaku tidak hadir maka tidak ada penghasilan, tetapi kalau hadir baru
mendapatkan penghasilan. Sementara kuadran kanan, penghasilan tetap berjalan
dan mengalir ke pundi-pundi pelaku tanpa harus tergantung kehadiran si pelaku. Di
kuadran kiri ada pekerja [employee =
E; orang bekerja untuk orang lain dan mendapatkan gaji dari pekerjaannya itu]
dan pekerja lepas [self employee = S;
orang bekerja untuk dirinya sendiri, seperti dokter praktik pribadi, kalau
praktik tutup tidak ada pemasukan, tetapi kalau praktik buka ada pendapatan].
Di kuadran kanan terdapat bisnis [business;
orang mempunyai usaha dimana banyak orang bekerja untuknya, baik di level
manajer, supervisor dan pekerja, semua bekerja dalam sistem yang bekerja tidak
tergantung pada hadir atau tidaknya si pemilik]; sementara itu masih di kuadran
kanan terdapat investor [investor;
memadukan antar sistem bisnis baik secara langsung atau tidak langsung
miliknya].
Sementara itu lebih detil bagaimana dokter mendapatkan
pendapatan finansial dapat dilihat pada uraian berikut ini.
1.
Dokter
staf
–
Dalam klasifikasi Robert Kiyosaki termasuk
golongan employee [E].
–
Dia menjadi staf dokter di puskesmas, menjadi
dokter di perusahaan seperti pertambangan lepas pantai, menjadi staf pengajar,
dan semacamnya pada intinya dia bekerja dan honorariumnya tergantung pada lama
kerjanya, keterampilan klinis, aspek manajerialnya, tingkat kepangkatan dan
berbagai aspek penentu besarnya gaji lainnya.
–
Menjadi staf dan memenuhi standar kerja baru
mendapat kerja, tidak memenuhi standar kerja akan mendapatkan surat peringatan,
bila parah akan dikeluarkan. Masing-masing perusahaan atau tempat kerja ada
aturan main yang harus dipatuhi.
–
Perolehan pendapatan secara periodik biasanya
sebulan sekali yang biasa dikenal dengan gaji.
2.
Solo practice
–
Dalam klasifikasi Robert Kiyosaki termasuk
golongan self employee [S].
–
Disebut juga dengan praktik tunggal
–
Biasanya memulai praktik dari nol
–
Memilih membuka praktik perseorangan bisa
berlokasi di rumah tinggal secara bersama atau di tempat yang terpisah dari
tempat tinggal
–
Kebutuhan tenaga kerja : dokter pemilik praktik,
tenaga administrasi pendaftar. Bila menganut sistem dispensing (langsung ada
obat, ada tenaga yang melayani pendistribusian obat pada pasien)
–
Perolehan pendapatan biasanya saat itu juga.
Biasanya di akhir sesi praktik, mulai berhitung berapa uang yang masuk.
–
Membutuhkan keterampilan mengatur keuangan.
Biasanya istri saya mempunyai alokasi-alokasi keuangan seperti untuk inkaso
[pelunasan obat jatuh tempo karena saya praktiknya menggunakan dispensing, pasien langsung dapat obat],
cicilan bulanan untuk kredit [biasanya jumlah cicilan dibagi jumlah hari dalam
praktik satu bulan, jumlah ini menjadi target keuangan harian untuk pelunasan
utang properti rumah praktik dan rumah pribadi, untuk inkaso obat juga
menggunakan sistem seperti ini, melihat jatuh tempo, kemudian dibagi hari
sebelum jatuh tempo, kemudian menjadi target keuangan harian untuk alokasi itu;
dengan cara seperti ini, kita akan tahu secara singkat, berapa uang yang bukan
merupakan tanggungan yang benar-benar bisa kita gunakan untuk keperluan lainnya],
uang zakat, dan alokasi-alokasi lainnya [seperti saya dan istri menyisihkan
uang untuk haji dan umroh]. Untuk mempermudah kerja, masing-masing alokasi
diberikan dosgrip dari plastik dan dilabeli untuk alokasi, dan ada pencatatan
tanggal masuk dan keluar beserta jumlahnya.
3.
Solo practice lewat membeli praktik
dokter sebelumnya
– Dalam
klasifikasi Robert Kiyosaki termasuk kelompok self employee [S].
– Terutama
pada kasus dokter yang terikat kontrak dengan perusahaan asuransi kesehatan
– Contohnya
seorang dokter yang sudah terikat kontrak dengan perusahaan asuransi Askes atau
lainnya dengan model pendanaan kapitasi[2]
4.
Praktik
bersama
–
Pemilik tempat praktik bersama, dalam
klasifikasi Robert Kiyosaki sudah termasuk business
[B] karena keberlangsungan tempat praktik bersama apalagi dengan apotik dan
laboratorium klinik tidak tergantung dari kehadiran si pemilik.
–
Atau bentuk peralihan dari self employee [S] ke business
[B], karena sebagian besar omset pemasukan dari praktik pribadi dokter sang
pendiri yang berusaha meningkatkan kapasitas usahanya. Atau kemungkinan lainnya
sesama self employee [dokter
spesialis atau dokter umum berkongsi bersama untuk sama-sama praktik di satu
tempat].
–
Beberapa dokter dengan spesialisasi sejenis atau
beragam melakukan praktik bersama dalam satu tempat
–
Layanan yang dikembangkan biasanya bersifat
rawat jalan
–
Biasanya bersama apotik secara integratif dalam
satu gedung
5.
Pengembang
institusi
–
Dengan berdasar klasifikasi Robert Kiyosaki
sudah termasuk business [B], usaha
ini sudah melibatkan banyak orang dengan berbagai fungsi yang lebih kompleks
dengan sistem yang mulai mapan
–
Seorang dokter atau beberapa orang dokter
mengembangkan sebuah institusi layanan komprehensif multispesialis, rawat jalan
dan rawat inap secara bersama dalam institusi tersebut
–
Biasanya dikembangkan dari solo practice
–
Dukungan karyawan dengan strata yang lebih
rumit, pesuruh, perawat, kepala perawat, kepala instalasi, dan manajer-manajer
6.
Pengintegrasi
berbagai institusi
–
Dalam klasifikasi Robert Kiyosaki termasuk
investor [I], usahanya sudah dicirikan dengan uang yang berlimpah, bergerak
dari bisnis ke bisnis.
–
Dokterpreneur jenis ini memiliki berbagai jenis
institusi dengan ruang gerak bisnis yang berbeda.
Dalam
istilah Michael Porter ada integrasi vertikal dan horizontal. Integrasi
vertikal yaitu mengintegrasikan dari hulu sampai hilir. Misalnya mengembangkan
pendidikan profesional kesehatan, memiliki lembaga pelayanan kesehatan seperti
beberapa rumah sakit, memiliki jaringan apotik, memiliki pabrik farmasi dan
memiliki perusahaan asuransi kesehatan serta mengelola lembaga keuangan publik
yang bersifat sosial dan charity. Integrasi horizontal, misalnya memilki
beberapa rumah sakit sekaligus, memiliki jaringan klinik 24 jam sekaligus dsb.
[1] Robert
T. Kiyosaki, Cash Flow Quadrant, 2002, Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama
[2] Untuk
memudahkan pemahaman mengenai sistem kapitasi; misalnya ada perusahaan dengan
karyawan mencapai 5000 orang. masing-masing karyawan dipotong gajinya satu
bulan sebesar Rp. 30.000,- untuk dana kesehatan. Rp. 10.000,- untuk anggaran ke
dokter umum rawat jalan, sedangkan Rp. 20.000,- sisanya untuk anggaran rawat
jalan. Saya pilih untuk dokter umum saja sebagai contoh pengelolaan keuangan
sistem kapitasi; yakni dokter umum yang ditunjuk akan menerima sejumlah uang
Rp. 10.000 ´ 5000
= Rp. 50.000.000,-. Menurut perhitungan frekuensi kesakitan populasi untuk
kasus dokter umum adalah 10 – 20% dari populasi setiap bulannya. Kita ambil
proporsi terbesar yaitu 20%. Berarti yang berobat ke dokter umum yang ditunjuk
adalah 20% ´ 5000
= 1000 orang yang sakit setiap bulannya. Kalau biaya berobat [obat dan jasa
dokter plus poliklinik] per pasien = Rp. 40.000 maka uang yang terpakai oleh
dokter umum tadi Rp. 40.000 ´
1000 = Rp. 40.000.000,-, berarti dokter umum yang ditunjuk tadi masih bisa
melakukan saving sebesar Rp. 10.000.000,-.
Kenyataannya besaran kapitasi tidak sebesar itu untuk dokter umum, kisarannya
Rp. 3000 – Rp. 5000 per karyawan per bulan.
[1] Abdullah
Lam bin Ibrahim (2005). Ahkamul Aghniya’ fisy Syariah Al-Islamiyyah wa
Atsaruhu, edisi Indonesia Fiqh Finansial, Penerbit Era Intermedia, Surakarta