Pendahuluan
Tidak ada definisi yang tepat untuk mendiskripsikan apakah blog atau weblog itu. Yang jelas blog adalah media elektronik yang membuat siapa saja bisa memberikan informasi kepada khalayak. Tidak ada klaim otoritas tunggal sebagai sumber informasi saat ini, siapa saja bisa mengklaim dirinya mempunyai otoritas dalam memberikan informasi. Tidak seperti media tradisional, seperti surat kabar atau majalah baik dalam bentuk cetak maupun elektronik, media blog, tidak dikelola oleh lembaga formal, tetapi dikelola secara informal yang sebagian besarnya adalah perorangan. Sifat informal dapat dilihat dari cara penulisan artikel yang dipublikasikan (biasa dikenal dengan istilah posting) yang tidak mengenal tata aturan yang baku. Karena bersifat informal itulah media ini banyak diminati. Majalah Business Week edisi Indonesia 11 Mei 2005 melaporkan, pada saat laporan itu ditulis, terdapat sekitar 9 juta blog di jaringan maya dunia. Setiap hari, 40.000 blog baru bermunculan. Pemilik blog seringkali disebut dengan blogger.1 Di Indonesia, menurut Tempo Interaktif2, saat ini terdapat sekitar 200.000 pemilik blog, kemungkinan akan terus bertambah. Bahkan komunitas blogger mencanangkan tercapainya satu juta blogger dari Indonesia.
Melihat perkembangan jumlahnya yang terus membesar, maka setiap informasi yang menjadi bahan pembicaraan di media blog akan menjadi sangat penting. Pemilik blog, dengan meminjam istilah Gladwell3, berperan menjadi tipping point people atau dalam bahasa Raymond4, mempunyai peran sebagai simpul budaya, atau juga dalam bahasa Al-Qadhi5 sebagai hujjah, yakni orang yang menjadi rujukan komunitasnya. Maksud ketiga istilah itu adalah, bahwa pemilik blog, mempunyai peran besar sebagai pemimpin opini. Kecenderungan-kecenderungan mode, pakaian, fashion, atau opini apa pun, bahkan dalam pemilihan presiden Amerika pun1, opini juga terbangun dari komunitas blogger. Pendek kata, apa pun yang nantinya akan muncul ke permukaan, seringkali berawal dari komunitas blogger ini. Dari sudut pandang public relation, mereka ini, meminjam istilah Rhenald Kasali6, berperan sebagai vocal minority yang memengaruhi silent majority.
Melihat perannya yang demikian besar, maka perlu kiranya mengetahui bagaimana pendapat para blogger mengenai kinerja dokter yang berada di Indonesia. Pengetahuan mengenai hal tersebut akan membantu bagi organisasi profesi dokter, untuk dapat mengevaluasi diri, seberapa baikkah kinerja dokter-dokter yang terhimpun dalam organisasi tersebut. Kedua, yang mendapatkan manfaat adalah institusi penyelenggara pendidikan dokter. Apa pun hasil dari penelitian ini, adalah cerminan, walaupun tidak seluruhnya, mengenai kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi oleh dokter-dokter hasil pendidikan dokter dalam periode waktu sebelumnya. Dari sini dapat pula mengevaluasi sistem pendidikan yang selama ini dijalankan. Karena sistem pendidikan dapat mempengaruhi atau menentukan kinerja lulusan, demikian juga sistem pendidikan dokter akan mempengaruhi kemampuan kinerja dokter.7
Dalam penelitian sebelumnya, Suryadi7 membagi kinerja dokter dalam lima aspek, yaitu: aspek profesional, aspek pelayanan, aspek tata cara kerja, aspek kerja sama dan aspek efisiensi dan efektivitas. Lebih rinci item-item yang masuk dalam masing-masing aspek dapat dilihat pada tabel 1, tabel 2, tabel 3, tabel 4, tabel 5.
Tabel 1. kinerja dokter dalam aspek profesional
Tabel 2. Kinerja dokter dalam aspek pelayanan
No | Item-item aspek pelayanan |
1. | Pelayan yang efektif dan aman |
2. | Bersikap ramah |
3. | Mematuhi |
4. | Mematuhi peraturan |
5. | Melakukan usaha penghindaran dari efek samping |
6. | Mampu mengembangkan diri |
Tabel 3. Kinerja dokter pada aspek tata cara kerja
No | Item-item aspek tata cara kerja |
1. | Mampu mencari informasi |
2. | Mau menjelaskan keadaan |
3. | Melibatkan pasien dalam penanganan |
4. | Mau dan mampu melakukan pendidikan pasien |
5. | Menjelaskan konsekuensi tindakan medis |
6. | Membuat dokumentasi |
Tabel 4. Kinerja dokter dalam aspek kerja sama
No | Item-item aspek kerja sama |
1. | Mampu bekerja sama |
2. | Mau mencari umpan balik |
3. | Mampu memanfaatkan sarana penunjang |
4. | Peka terhadap kritik dan saran |
Tabel 5. Kinerja dokter dalam aspek efisiensi dan efektivitas
No | Item-item aspek efisiensi dan efektivitas |
1. | Melakukan pemeriksaan yang diperlukan saja |
2. | Tidak mengirim pemeriksaan yang berlebihan |
3. | Meresepkan obat yang memang dibutuhkan |
Secara umum, dalam penelitian tersebut, Suryadi menyimpulkan bahwa aspek kinerja dokter menurut persepsi masyarakat belum ideal atau sesuai dengan yang diharapkan, beberapa kelemahan yang mencolok mengenai kinerja dokter antara lain :
a. Dalam menerima kritik, saran dan umpan balik di dalam pola pikir yang sistematis dan rasional
b. Dalam komunikasi baik dengan pasien, mitra kerja dan kolega
c. Dalam kemampuan manajerial
d. Kemampuan dalam membuat dokumentasi
Namun sayangnya penelitian Suryadi tersebut tidak menyebutkan dengan detil siapa yang menjadi subyek penelitiannya. Dalam penelitian ini, secara prinsip mempunyai tujuan yang sama dengan penelitian yang telah dilakukan Suryadi, tetapi dalam penelitian ini difokuskan subyek penelitiannya adalah komunitas blog, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan searching lewat Google dengan kata kunci ”dokter dan pasien” pada tanggal 7 – 8 Februari 2007. Dari sana penulis mendapatkan lebih dari sepuluh ribu pemuatan dokter dan pasien oleh situs di internet dalam bahasa Indonesia. Penulis memilah-milah situs yang memenuhi kriteria yang bisa disebut sebagai blog, yaitu di profil yang dicantumkan di blog itu merupakan nama pribadi bukan institusi ataupun organisasi. Juga kata dokter dan pasien yang dimuat dalam artikel yang dipublikasikan di blog, menceritakan pengalaman atau pendapat mengenai hubungan dokter dan pasien yang ada di Indonesia. Penulis tidak memasukkan blog dokter yang berisi tentang penyuluhan kesehatan, tetapi memasukkan autokritik dokter dalam melayani pasien di Indonesia. Dari sana, akhirnya tersaring sebanyak 49 blog yang diikutkan dalam penelitian ini. Dari 49 blog yang dimasukkan dalam penelitan ini, penulis mengklasifikasikan cara mengekspresikan emosi berkaitan dengan pengalaman yang mereka alami; muatan emosi positif dalam arti baik, muatan emosi netral artinya hanya sekedar bercerita dan memberikan umpan balik, dan muatan emosi negatif, artinya memunculkan kemarahan berkaitan dengan pengalaman yang tidak mengenakkan.
Contoh ungkapan emosi positif
“Pokonya kalau aku tidak enak badan, ya datengin dokter Ali saja. Biasanya beliau akan memberiku
Pembawaan beliau sangat humoris dan menyenangkan…..”8
Contoh lain ungkapan emosi positif:
“Senin, 6 November 2006 pukul 10.25 waktu setempat, merupakan kesempatan yang layak dicatat dalam blog ini, sebagai momentum untuk mengucapkan rasa syukur dan hormat ku kepada pemerintah republik ini, khsususnya kepada jajaran Departemen Kesehatan yang dipimpin oleh Ibu Menteri. Mengapa? karena pada akhirnya saya turut merasakan, manfaat dari pajak - pajak terutama Pajak Penghasilan, yang saya bayar setiap bulannya atau ketika melakukan transaksi.” 9
Contoh ungkapan emosi netral
“….“Bener, Dokter A itu orangnya baik banget.” “Kita sekeluarga dokternya selalu dia. Banyak pengalaman dia dan bagus.” Kalimat-kalimat seperti ini yang biasanya terlontar ketika sedang mencari referensi dokter mana yang paling bagus menangani istri anda. Tapi berapa kali juga kita sering mendengar atau bahkan mengalami sendiri, ketika datang ke dokter yang direferensi ternyata tidak sesuai dengan yang digambarkan. Dokternya bete. Dokternya bicara seadanya. Dokternya seperti kejar setoran………. Hanya sama seperti kita juga, dokter juga manusia yang mengalami berbagai permasalahan. Siapa tahu ketika anda datang pertama kali dengan hati penuh antisipasi tinggi mendengar pujian serta prestasi yang diceritakan teman, si dokter sedang punya masalah di rumah………”10
Contoh ungkapan emosi negatif
“…Ini kali saya kedua kali berhadapan dengan kejadian dokter sontoloyo di Bumi BBM ini. … Ya Allah timpakanlah Azab serupa buat para bajinguk yang berkedok orang pintar bersertifikat ini.”11
Selain mengklasifikasi emosi yang diekspresikan, penulis juga mengklasifikasikan berdasarkan lima aspek kinerja dokter menurut Suryadi, yaitu aspek profesional, aspek pelayanan, aspek tata cara kerja, aspek kerja sama dan aspek efisiensi dan efektivitas. Pada pengklasifikasian ini, satu blogger dalam satu kali posting (artikel yang dipublikasikan) bisa mengenai lebih dari satu aspek kinerja di atas.
Hasil Penelitian
Dari 49 blog yang diteliti, mengenai pengungkapan emosi, berkaitan dengan kinerja dokter, pada tabel 6 dapat dilihat bahwa 30 blogger mengungkapkan dengan emosi negatif. 15 blogger mengungkapkan dengan emosi netral dan 4 sisanya dengan emosi yang positif.
Tabel 6. Jenis emosi yang digunakan blogger dalam mengungkapkan pendapatnya tentang kinerja dokter
No | Jenis emosi yang diekspresikan blogger | Jumlah blogger | Prosentase |
1. | Emosi positif | 4 | 8 % |
2. | Emosi netral | 15 | 30 % |
3. | Emosi negatif | 30 | 62 % |
Bila dilihat dari aspek kinerja yang menjadi perhatian blogger, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 7. Frekuensi aspek kinerja yang menjadi sorotan perhatian blogger
No | Aspek kinerja dokter | Positif | Netral | Negatif |
1. | Aspek profesionalitas | 1 | 8 | 9 |
2. | Aspek pelayanan | 4 | 8 | 21 |
3. | Aspek tata cara kerja | 1 | 7 | 10 |
4. | Aspek kerja sama | 1 | 2 | 9 |
5. | Aspek efisiensi dan efektivitas | 1 | 1 | 10 |
Di luar kelima aspek di atas, terdapat satu kasus dokter yang mendiskriminasikan pelayanan terhadap penderita HIV/AIDS, sebagaimana yang diungkapkan
Waktu itu dokter mau periksa Mika. Sebelum dokter periksa, Mika bilang kalau dia sakit AIDS…..
Aku bilang sama dokter kalau ada yang namanya kewaspadaan universal. Itu artinya semua pasien harus dilayani sama.
Dokter diam saja. Aku jadi tambah marah. Aku minta supaya Mika paksa dokter. Tapi dia tidak mau. Mika bilang dia baik-baik saja. Aku tahu Mika tidak baik-baik saja. Jadi aku saja yang paksa dokter.
Aku jelaskan tentang kewaspadaan universal sekali itu lagi. Tapi dokter tidak mau dengar. Dokter bilang dia tidak mau ambil resiko. 12
Juga ada blogger yang memberikan perhatian pada input pendidikan dokter yang mereka persepsi tidak baik, seperti yang terungkap dalam kutipan berikut:
“Jadi si Pratama Gilang ini yang sebelumnya masih duduk di kelas 2 SMA di SMAN 3 dengan lulus paket C, dia langsung loncat ke Perguruan Tinggi. Sekarang dia diterima di Fakultas Kedokteran Unpad lewat jalur SMUP. SMUP tuh semacam jalur alternatif masuk Unpad selain SPMB, dimana yang diterima lewat jalur SMUP ini mesti ikut test dulu dan bayarnya jauuuuuuuh lebih besar di atas anak2 yang masuk lewat SPMB. Setau gue buat masuk FK lewat SMUP tahun 2006 ini minimal sumbangannya 150jt (kayaknya cukup nih buat beli Toyota Yaris tipe E :p ).”13
Ada juga salah persepsi yang diungkapkan oleh seorang blogger, seperti pada kutipan berikut, blogger ini menganggap bahwa malaria sudah tidak ada di pulau Jawa, yang bertolak belakang dengan kenyataan yang ada.
“..Kang Kombor woro-woro di kampung, hati-hati kalau berobat atau bezuuk di RSUD Sleman. Salah-salah nanti kita malah kena malaria. Gimana nggak cemas. Setahu Kang Kombor, Pulau Jawa dah lama bebas malaria. Makanya waktu di SMA ada teman dari Irian yang kumat malarianya waktu di Magelang, Kang Kombor heran. “Kok, bisa-bisanya Kamu kena malaria? Pulau Jawa dah bebas malaria tahu!” …. “14
Ada juga yang membandingkan pengalamannya ketika berinteraksi dokter di luar negeri dengan pengalamannya ketika dilayani oleh dokter Indonesia, sebagaimana ungkapan berikut:
“..Dokter Wolfs menghantarkan kami sampai ke pintu luar dan menyalami kami, “Good luck !”. Jarang sekali dokter-dokter di Indonesia mau menghantarkan tamunya ke depan pintu seperti dokter Belanda ini...”15
Diskusi
Blog merupakan catatan pribadi seseorang yang dipublikasikan, lewat media internet. Para blogger lewat media blog yang dimiliki, merasa memiliki otoritas dalam menyebarkan informasi maupun berita. Bahkan ada yang membuat nominasi bencana nasional serta memasukkan malpraktik sebagai sepuluh besar bencana nasional, sebagaimana ungkapan blogger berikut :
“….Negara ini didera musibah, spt :
1. Korupsi
2. Kemiskinan
3. Biaya pendidikan yang semakin mencekik
4. Gizi buruk
5. Flu Burung yg menjadi musibah nasional.
6. Demam Berdarah
7. Malaria dan Aids.
8. Banjir, Angin Puting Beliung, Gempa Tektonik, gempa Vulkanik.
9. Kecelakaan di darat, laut dan udara.
10. Mallpraktek…..” 16
Dari hasil penelitian terlihat bahwa, sebagian besar blogger mengaku kecewa dengan kinerja dokter di Indonesia. Jumlahnya mencapai 61 % dan mereka mengungkapkan dengan ungkapan emosi negatif. 30 % mengungkapkan dengan kritik membangun, dalam penelitian ini menyebutnya dengan ungkapan emosi netral dan 8 % mereka mengaku puas dengan kinerja dokter di Indonesia.
Mengenai aspek kinerja yang paling banyak mendapat sorotan pada blogger yang mengekspresikan dengan emosi negatif adalah aspek pelayanan, disusul aspek tata kerja bersamaan dengan aspek efisiensi dan efektivitas, kemudian secara bersamaan aspek profesional dan aspek kerja sama.
Frekuensi aspek kinerja yang paling banyak disoroti oleh blogger yang mengungkapkan dengan emosi netral adalah aspek profesionalitas dan aspek pelayanan secara bersama, kemudian aspek tata cara kerja, kemudian aspek kerja sama dan terakhir aspek efisiensi dan efektivitas.
Sedangkan pada blogger yang puas, mengungkapkan dengan emosi positif aspek kinerja yang mendapatkan sorotan, terbanyak aspek pelayanan, kemudian secara merata aspek profesionalitas, aspek tata kerja, aspek kerja sama dan aspek efisiensi dan efektivitas.
Ternyata aspek pelayanan yang menurut Jun et al,16 termasuk kualitas fungsional non teknis. Yakni kualitas yang tidak berkaitan langsung dengan masalah teknis pelayanan profesional dokter. Tetapi dari penelitian ini mempunyai peran besar dalam memberikan persepsi positif terhadap pelayanan dokter. Di semua jenis emosi yang terekspresikan, aspek pelayanan merupakan aspek yang dianggap terpenting.
Memang tidak semua yang diungkapkan benar, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hasil penelitian di atas mengenai Jawa bebas malaria. Tetapi dari apa yang diungkapkan oleh blogger, sebagai komunitas yang merupakan tipping point people, atau simpul budaya, atau hujjah zaman (orang yang menjadi rujukan), punya peran dalam penyebaran persepsi dan menjadi opini yang diyakini oleh sebagian besar masyarakat. Inilah yang dikhawatirkan.
Kesimpulan
Sebagian besar komunitas blogger yang mengungkapkan tentang kinerja dokter di Indonesia, memrihatinkan kinerja dokter di Indonesia. Hanya 8 % blogger yang mengaku puas dengan kinerja dokter di Indonesia. Sebagian besar yang memrihatinkan kinerja dokter di Indonesia, mengungkapkannya dengan ungkapan emosi negatif, 62 %. 30 % sisanya mengkritisi kinerja dokter dengan ungkapan emosi netral. Sedangkan mengenai aspek kinerja yang mendapat sorotan sebagian besarnya adalah aspek pelayanan.
Mengingat peran komunitas blogger yang punya peran besar dalam penyebaran informasi dan persepsi, maka perlu ada tindakan yang terstruktur dan sistematis, untuk memperbaiki kinerja dokter di Indonesia, baik oleh organisasi profesi, organisasi penyelenggara pendidikan kedokteran di Indonesia dan juga departemen kesehatan.
Daftar Pustaka
1. Business Week, edisi Indonesia, Blog Akan Mengubah Bisnis Anda, 11 Mei 2005, hal 41 – 49.
2. www.blog.tempointerakif.com; 8 februari 2008
3. Malcolm Gladwell, 2000, Tipping Point; How Little Things Can Make a Big Difference, Edisi Indonesia, Tipping Point; Bagaimana Hal-hal Kecil Dapat Menghasilkan Perubahan Besar, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002
4. Martin Raymond, 2003, The Tomorrow People; Edisi Indonesia: The Tomorrow People; alih bahasa: Paul A. Rajoe; Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2006
5. dalam Ahmad ar-Rasyid, Muhammad, al-Muntholaq; Edisi Indonesia, Titik Tolak : Landasan Gerak para Aktivis Dakwah. Penerjemah: Abu Sa’id al-Falahi, Lc; Jakarta, Robbani Press, 2005.
6. Rhenald Kasali, 1994, Manajemen Public Relations; Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Pustaka Utama Grafiti
7. Suryadi, E, 2005, Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Dokter; Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia, Vol 1 No 1 Mei 2005, hal 19 - 23
8. http://thezoostation.wordpress.com 2007/02/01/bapak-ibu-dokter/
9. http://ahdar.wordpress.comhttp://ahdar.wordpress.com/2006/08/11/verloof-kamer
10. http://bapakbaru.wordpress.com Saturday, December 9th, 2006 at 10:56 pm
11. http://adinoto.org May 9, 2006 at 6:32 am
12. http://sugarpie_punya_mika.blog.indosiar.com Senin, 1 January 2007
13. http://www.indradiky.com Tuesday, September 26th, 2006 at 23:27
14. http://kombor.com Jan 26, 2007
15. http://ahdar.wordpress.comhttp://ahdar.wordpress.com/2006/08/11/verloof-kamer
16. http://ghozan.blogsome.com/2007/02/02/refleksi-awal-tahun-2007/
17. Rhode Island Department of HealthAnnual Report – 2006, Consumer and Provider Views on Key Dimensions of Quality Hospital Care: A Review of the Literature, pp 19 - 21
2 comments:
wah penelitian menarik yg diambil dari data para blogger!
Wah..selamat pak dokter...tulisannya ada di majalah CDK agustus....keep blogging
Post a Comment