Peristiwa besar setelah bertemunya
satu sel sperma setelah menyingkirkan sekian juta sel sperma untuk bertemu
dengan sel telur adalah proses realisasi visi yang luar biasa. Visi luar biasa
ini tertulis dalam DNA yang dipersiapkan untuk seorang Individu yang unik dari
manusia. Proses realisasi visi ini terwujud pertama kali dengan integrasi
materi genetika antara sperma dari ayah dan materi genetik yang berasal dari
ibu. Setelah itu, langkah kecil berikutnya adalah pembelahan satu sel menjadi
dua sel. Selanjutnya lagi, dua sel menjadi empat sel, empat sel menjadi delapan
sel, delapan sel menjadi enam belas sel, enam belas sel menjadi tiga puluh dua
sel, tiga puluh dua sel menjadi enam puluh empat sel dan seterusnya akhir
terbentuk bangunan yang terdiri dari tiga lapisan, lapisan luar (ektoderm),
lapisan tengah (mesoderm) dan lapisan dalam (endoderm). Terus terus dan terus
membelah, menyempurnakan berbagai fungsi akhirnya menjadi janin yang dengan
bentuk yang sempurna hingga matang dan siap untuk dikeluarkan dari rahim ibu.
Setelah keluar dari rahim ibu, ternyata pertumbuhan dan perkembangan sel belum
berakhir. Otak misalnya, berkembang dalam bentuk 95 % dewasa pada usia lima
tahun, organ-organ lain menjadi sempurna fungsi dan jumlahnya terus-menerus
seiring detik demi detik waktu dan akhirnya tuntas setelah masa dewasa telah
dilalui. Selanjutnya pematangan terutama dalam hal intelektual, kematangan
emosi dan kedewasaan bersikap, terus menerus berlangsung hingga dewasa dan
menginjak paruh baya. Pada saat yang sama aspek fisik, beberapa jenis sel
saraf, otot dan pembuluh darah, pertumbuhan den pematangannya mulai stagnan bahkan mulai mengalami
penurunan. Total ketika seseorang dewasa jumlah sel penyusun tubuhnya berjumlah
sekitar 100 triliun sel terdiri dari 200 macam sel dengan bentuk serta fungsi dan
aktivitas yang berbeda.
Saya ingin menunjukkan kepada Anda
betapa maha luar biasanya proses penciptaan diri kita. Semula kita hanya
berwujud satu sel (zigot) hasil bentukan materi genetik dari sperma dan sel
telur (ovum). Meskipun demikian sel yang berjumlah satu ini, dia mempunyai visi
jauh ke depan tentang bentuk bangunan triliunan sel dan ratusan macam fungsi
dan bentuk yang nantinya akan dia bangun atas izin Allah SWT. Bangunan
triliunan sel ini kemudian juga mempunyai sistem kehidupan tersendiri di luar
kesadaran kita. Coba Anda amati lebih lanjut, satu sel tak terlihat mata,
dengan berjalannya waktu melakukan “perjuangan” melintasi detik demi detik, dia
beranakpinak menjadi sel yang berwarna merah yaitu sel darah merah, menjadi
bentuk yang lunak seperti ujung hidung kita, menjadi bola bening yang mampu
mengubah cahaya menjadi listrik yang akhirnya ribuan sel saraf yang berada di
pusat penglihatan bisa mempersepsikan kepada kesadaran kita akan aneka warna
indahnya dunia, menjadi bangunan kokoh tulang yang mampu menopang
berkilo-kilogram berat badan, menjadi otot yang bisa menggerakkan anggota tubuh
kita, menjadi pita suara yang menghasilkan suara dan dengannya kita bisa
berkomunikasi satu sama lain dan berbagai macam bentuk dan fungsi lainnya. Bahkan
dari DNA itu sudah termuat kemungkinan-kemungkinan penyakit apa saja yang
rentan kita derita, pola-pola tubuh apa saja yang menonjol kita miliki seperti
hidung mancung atau rambut keriting, serta kapan kita nantinya remaja kemudia
dewasa dan tua semuanya sudah “terencana” dengan sempurna. Visi itu terletak
dalam blue print yang oleh Allah SWT
ditanamkan dalam untaian bangunan molekul yang tidak bisa kita lihat secara
kasat mata dalam DNA.
Allah SWT ingin mengajarkan kepada
kita lewat proses pembentukan tubuh kita dari bentuk yang “sederhana”
(kompleksitas lebih sederhana menuju kompleksitas yang canggih dan rumit)
menjadi bentuk yang sempurna, diawali dari perencanaan dan penyusunan visi yang
sangat matang dalam racikan dimensi kompleksitas bentuk dan fungsi dipadu
dengan waktu eksekusi dalam tahapan-tahapan yang luar biasa rapi, terkoordinasi
dan penuh disiplin dalam pelaksanaannya.
Dalam kehidupan kita sehari-hari,
sudah terlalu banyak fakta dan kenyataan yang mengajarkan kita bahwa,
keberhasilan seseorang atau kelompok orang yang lebih besar diawali dari visi
hidup mereka. Saya mengambil contoh Rasulullah SAW, orang yang pertama kali
membawa risalah agama Islam langsung dari Allah SWT adalah beliau. Kemudian
yang mengimani pertama kali istri beliau Khadijah ra. Kemudian sahabat-sahabat
utama seperti Abu Bakar Ash-shidiq, Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Umar
bin Khaththab dan terus berantai hingga sebagian kalangan dari suku-suku di
madinah, hingga akhirnya terbentuk negara Madinah dan terus berkembang dan
berkembang lagi hingga kekuasaan kekhalifahan Islam meluas hingga berbagai
penjuru dunia. Visi sederhana yang dibangun adalah menegakkan
setinggi-tingginya kalimat Allah di muka bumi. Visi yang semula dimiliki Rasulullah
SAW kemudian sahabat dengan berbagaimacam kelebihan dan keahlian yang semakin
meningkatkan kapasitas pengelolaan “tubuh” umat Islam terhadap
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam sendiri maupun umat
manusia yang lebih luas. Sehingga visi selanjutnya yang diemban oleh setiap
muslim selain menegakkan setinggi-tingginya kalimat Allah di muka bumi juga
menjadikan agama Islam ini sebagai rahmatan lil alaamin.
Setelah generasi nabi dan sahabat,
tidak terhitung para ulama yang menggerakkan umat Islam di berbagai tempat dan
kurun waktu yang berbeda dimulai dari pencerahan dari diri sendiri, kemudian
beberapa gelintir orang, terus kemudian berkembang ke banyak orang dengan aneka
macam latar belakang dan keahlian akhirnya membuat perubahan dalam masyarakat
menjadi sebuah bangunan indah yang ujung-ujungnya merubah masyarakat menjadi
benar-benar berubah. Dalam sebuah ceramah saya pernah mendengarkan kisah
transformasi masyarakat di Sudan, salah satu negara di Afrika yang dijajah oleh
Perancis. Penjajahan oleh Perancis ini telah benar-benar merubah wajah negara
itu dari semula warna Islam menjadi urat nadi kehidupan, menjadi ter-westernized hampir secara merata di
seluruh negeri. Seorang ulama dari negara itu, dengan kapasitas ilmu dan
rukhiyahnya membuat dia ditunjuk menjadi salah satu mufti di Madinah. Karena
keprihatinan dengan negara tempat kelahirannya, dengan segala kerendahan hati
beliau menolak tawaran jabatan mufti
tersebut dan memilih untuk kembali ke tanah airnya, dan berazam untuk melakukan
perubahan pada masyarakatnya. Beliau berfikir, tidak mungkin dia melakukan
usaha perubahan itu sendirian. Akhirnya ia memilih bermukim dalam beberapa
waktu di Madinah, dengan terus berharap dan berdoa kepada Allah SWT sembari
berikhtiar mencari ulama-ulama muda yang berasal dari negaranya untuk diajak
secara bersama-sama membuat rencana agenda dan aksi perubahan secara matang
sesuai dengan yang telah direncanakan. Allah SWT mengabulkan permohonannya,
dengan menggerakkan seorang ulama muda yang faham akan ilmu agama dan mempunyai
kualitas rukhiyah yang luar biasa. Dua ulama ini kemudian membuat “blue print”
agenda perubahan di negara tempat kelahirannya yang dicanangkan dalam waktu
lima puluh tahun. “Blue print” ini atas izin Allah SWT selesai dibuat dalam waktu
satu bulan. Setelah jadi kedua ulama dengan azam yang kuat ini melakukan aksi
nyata dengan melakukan pencerahan yang tentu saja dimulai dari beberapa
gelintir orang setelah kepulangan mereka berdua di tanah air. Allah SWT
mengabulkan apa yang telah mereka rencanakan dan ikhtiar merealisasikannya dan
seperti yang kita lihat negara Sudan saat ini telah menjadi negara yang telah
menghasilkan banyak ulama dan ribuan orang muda yang hafidz Al-Qur’an. Sebuah transformasi yang luar biasa, terdapat
kesamaan pola dengan realisasi visi DNA yang telah ditentukan oleh Allah SWT
untuk menyusun tubuh kita yang sempurna ini berawal dari satu sel.
Dalam konteks Indonesia, saya akan
mencontohkan perjuangan kiyai haji Ahmad Dahlan, berawal dari visi yang
sederhana pula yaitu visi surah Al-Maun. Visi ini pada prinsipnya membenahi
permasalahan aqidah sekaligus permasalahan kehidupan umat Islam di Indonesia
yang terpuruk dan terbelakang lebih dikarenakan sikap mental bangsa Indonesia
sendiri ketimbang menyalahkan akibat tertindas oleh bangsa penjajah asing.
Bahkan dalam beberapa hal, kiyai haji Ahmad Dahlan mengadopsi sistem pendidikan
yang dipakai bangsa Belanda untuk digunakan mencerdaskan anak-anak bangsa. Visi
yang semula ada dalam diri kiyai haji Ahmad Dahlan sendiri, kemudian istrinya,
kemudian beberapa gelintir muridnya selanjutnya terekrut berbagai kalangan dari
berbagai latarbelakang yang akhirnya membuat gerakan Muhammadiyah menjadi
organisasi yang makin canggih dan makin beragam bentuk kontribusi yang diwakafkan
untuk umat Islam di Indonesia dan diberbagai negara di Asia. Kita lihat saat
ini gerakan Muhammadiyah telah mewakafkan puluhan ribu sekolah dari sekolah
dasar hingga sekolah menengah atas, ribuan rumah sakit, ratusan universitas,
dan tak terhitung jamaah pengajian yang kesemuanya didedikasikan memberikan
pencerahan pada umat Islam Indonesia. Lagi-lagi terdapat pola kesamaan
transformasi yang semula berawal dari visi seorang pemimpin, kemudian visi itu
diajarkan dan diwariskan kepada beberapa gelintir orang, dari beberapa gelintir
itu terus bergulir dan terus bertahan bergerak, membuat banyak orang dari
beragam latar belakang bergabung, menghasilkan produk-produk yang rahmatan lil
alaamin, sebagaimana proses penciptaan tubuh kita yang berawal dari satu sel.
Satu lagi contoh, pada bidang
bisnis. Saya mencontohkan perusahaan obat konimex. Junaidi Yusuf (nama
Indonesia) sang pendiri yang tidak pernah mengenyam pendidikan di perguruan
tinggi, memulai usaha dengan berjualan obat di pasar tradisional di Wonogiri
sendiri. Kemudian usahanya berkembang menjadi toko obat, selanjutnya menjadi
apotik Kondang Waras, dan akhirnya berdirilah perusahan farmasi Kondang Impor
Ekspor atau disingkat Konimex. Yang menarik adalah salah satu visi beliau
menjalankan usaha dengan visi nabi Yusuf yaitu modal usaha dengan pendapatan
masa lalu (kisah nabi Yusuf dengan tujuh tahun musim penghujan bahan pangannya
untuk menyuplai tujuh tahun musim kering sesudahnya)
No comments:
Post a Comment